Senin, 17 Desember 2012

Senyum Is Universal Language


----------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca:  500,000+ 
----------------------------------

"Senyum yang hangat adalah bahasa
universal sebuah kebaikan" - William
Arthur Ward


Dear Yusuf yang murah senyum,
Tersenyumlah, setiap kali Anda
membuka mata di pagi hari.
Tersenyumlah untuk hari baru, harapan
baru dan berkah baru.


Meskipun Anda sedang punya masalah,
Anda selalu punya sejuta alasan untuk
tersenyum. Karena jika Anda hitung,
berkah Tuhan pasti lebih banyak
daripada masalah yang datang kepada
Anda.


Yusuf tersenyumlah, karena kemana pun
Anda pergi, atau apapun bahasa yang
diucapkan orang, setiap orang di
semua budaya dan negara ini mengerti
dan merespon untuk sebuah bahasa
universal:  senyum... :-)


Senyum menciptakan koneksi dengan
orang yang asing sekali pun, yang
tidak berbicara dalam bahasa kita.
Senyum juga menular. Begitu Anda
tersenyum pada orang lain, ia akan
tersenyum balik kepada Anda.


Yusuf tersenyumlah, karena senyum Anda
akan merangsang munculnya
hormon-hormon seratonin, dopamine dan
hormon-hormon lainnya yang memberikan
rasa senang dan bahagia kepada Anda.

Senyum Anda juga dapat memperkebal
sistem imun tubuh, mengurangi stress,
menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan citra positif Anda.


Yusuf tersenyumlah, senyum manis Anda
yang akan dikenang orang lain dan
menghibur orang-orang yang Anda
kasihi.

Yusuf tersenyumlah, karena senyum itu
pun mudah dan gratis :-)

Sabtu, 15 September 2012

Contoh surat keterangan aktif berorganisasi


 (CONTOH) SURAT KETERANGAN AKTIF KEGIATAN MAHASISWA


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Astri Yulianingsih
Jabatan : Komandan KSR PMI UPT Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa :
NIM : 6662102752
Nama : Maulana Yusuf
Jabatan : Kepala Divisi Komunikasi dan Informasi
NIK : -
Adalah anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa KSR PMI UPT Untirta terhitung sejak 2011 hingga sekarang.
Demikian surat pernyataan ini dibuat, untuk dipergunakan sebagai salah satu syarat penerima beasiswa PPA 2012.

Serang, 23 September 2012

Asti Yulianingsih
NIK.  

Senin, 13 Agustus 2012

Kepatil Reptil di Rumah Dunia



*Mereka kerap bercengkrama dengan ular, buaya, kadal, biawak, kura-kura, dan reptil lainnya.

Berbuka puasa bersama saat Ramadan tentu menjadi kebiasaan umum di Indonesia, tetapi bagaimana jika berbuka puasa bersama sambil membagikan takjil dengan membawa ular, kadal, dan kura-kura. Keluarga pecinta reptil (Kepatil) bersama dengan anggota lainnya melakukan itu di Rumah Dunia, Serang, Minggu (4/8).
Ketua Kepatil Imam Juniyanto mengatakan, kegiatan ini guna mengubah cara pandang kepada masyarakat bahwa reptil tidak semuanya berbahaya. “Terkadang ada masyarakat, jika menemukan ular langsung di bunuh. Padahal kita harus tahu dulu apakah reptil itu berbahaya atau tidak,” ujarnya.
Kepatil memiliki sekira 40 anggota yang terdiri dari berbagai profesi, seperti karyawan, dokter, mahasiswa, hingga siswa sekolah. Komunitas yang berdasarkan hobi dan ketertarikan pada reptil ini, didirikan pada April 2010.
Komunitas ini kerap memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan reptil di alam dan memberikan arahan tentang dasar pengetahuan reptil. “Kita memiliki agenda rutin setiap minggunya yang dinamakan weekly gathering. Agenda ini kita isi dengan sharing bersama anggota, serta sosialisasi ke masyarakat dengan sebar leaflet atau brosur. Karena setiap kita kumpul tempatnya di area publik, seperti alun-alun Serang, Pandeglang, dan lainnya,” kata Imam.
Selain itu, Kepatil pun telah menyelenggarakan public display di ulang tahun serikat pekerja PT Krakatau Steel, mengadakan sosialisasi ke beberapa sekolah di Banten, dan melakukan bakti sosial berupa sunatan massal. Rencananya komunitas ini akan menyelenggarakan nonton bareng setiap minggu di alun-alun kota dan kabupaten di Banten. “Kita sedang mengumpulkan dana untuk mewujudkan rencana itu,” kata Imam.
Tak hanya sekedar berkumpul ataupun mengadakan even. Anggota Kepatil dapat sharing bersama tentang perawatan, penanganan penyakit, morfologi ular, penyediaan makanan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan reptil. Juga, mendapatkan panduan dasar pemeliharaan bagi anggota pemula.
Menurut Imam, bagi anggota pemula diberikan rekomendasi tentang pemeliharaan reptil di kalangan keluarga. Pertama, soal penyediaan tempat yang sesuai suhu dan temperatur bagi reptil. Kedua, pemberian makanan yang tidak umum pun harus siap diterima, seperti ular yang makanannya tikus. Ketiga, komitmen keluarga dalam memelihara reptil, seperti kura-kura yang hidupnya dapat mencapai umur 50-100 tahun.
Setelah semua itu selesai, tahap berikutnya adalah memilih reptil dan ukurannya. Contoh, ular berukuran kecil dan besar, ular air dan darat. Kura air dan darat. “Yang pasti semuanya tidak berbisa,” kata Imam.
Dalam mengumpulkan informasi Kepatil kerap di bantu lembaga konservasi alam yang ada di Indonesia, seperti WWF Indonesia atau Sioux (lembaga studi ular Indonesia). Selain itu chanel televisi yang menayangkan video tentang alam atau reptil pun dapat menjadi sumber informasi.

Masjid SMAN 2 KS Tampung 2000 Jamaah


*Pembangunan dilakukan sejak 5 Juni 2010

Masjid Baitul Muhsinin di lingkungan SMAN 2 KS yang dapat menampung 2000 jamaah berharap dapat segera rampung. Bangunan ibadah yang muka masjidnya menghadap ke jalan raya komplek KS ini telah dibangun sejak 5 Juni 2010.
Pembangunan pada saat itu diresmikan Walikota Cilegon Tb Aat Syafaat dan langsung disumbang dana 20 juta. Ide awal untuk membangun ini berasal dari inisiatif para guru yang menginginkan tempat ibadah yang repsentatif dan nyaman. Karena masjid lama tidak cukup untuk menampung jamaah.
Ketua Pembangunan Masjid Ruddy Yunivan mengatakan, masjid lama akan tetap digunakan selama proses pengerjaan masjid baru. Bangunan tersebut dinilai tidak strategis, karena jaraknya yang menjorok ke dalam sekolah.
“Jika sudah rampung masjid lama akan kita gunakan sebagai laboraturium pendidikan agama islam. Nantinya bangunan tersebut akan menjadi pusat kajian islam di sekolah,” ujarnya.
Ia menerangkan, bangun rancang masjid di arsiteki oleh alumni SMAN 2 KS, yaitu Faisal. Dia mengonsep bangunan masjid yang berwawasan adiwiyata sesuai misi sekolah.
Masjid ini berukuran 20x30 Meter yang memiliki dua tower di belakang. Di muka bangunan nantinya akan ditanami rumput selain jalan guna menuju masjid. Selain itu, sirkulasi udara pun begitu terbuka. Karena di depan dan samping terdapat banyak lubang angin.
“Fasilitas yang akan kita, yaitu kantor RISMA, gudang, dan ruang diskusi. MCK sendiri kita akan bangun secara terpisah yang berjarak 10 Meter dari masjid,” kata Ruddy. Ia menambahkan, pengerjaan masjid baru mencapai 25 persen dan pada 12-13 Agustus 2012 akan diadakan pengecoran ngedak lantai dua.
Pembangunan masjid sampai saat ini masih tersendat karena kurangnya dana yang diperoleh. Kebutuhan dana mencapai 1,3 milyar, sementara itu yang baru terkumpul berjumlah 300 juta. “Saya dapat sinyal bagus dari departemen agama pusat, mereka akan menyumbang 50juta untuk pembangunan ini. Alhamdulillah,” terang Ruddy.
Ia berharap masyarakat Banten dapat turut berpartisipasi membantu pembangunan masjid ini terutama sumbangan dana. Karena kalau bersama-sama dana itu akan cepat terkumpul dan terwujud.
Masyarakat Banten pun dapat mengirimkan dana itu ke rekening Bank Syariah Mandiri cabang Cilegon atas nama Ruddy Yunivan dengan nomor rekening 0190173169. Selain itu, Bank BRI Syariah cabang Cilegon atas nama Ruddy Yunivan dengan nomor rekening 1002286285.
Fendika Damar, siswa SMAN 2 KS juga berharap pembangunan masjid ini cepat rampung agar dapat dinikmati oleh siswa di sini. “Walaupun pembangunan sempat tersendat dan kembali jalan. Saya harap prosesnya tetap berjalan baik,” katanya.

Selasa, 07 Agustus 2012

Sejarah Untirta Berdasarkan Studi Pustaka



Menyelami Untirta Era Lama dan Era Baru

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa diberi nama dari gelar Kepahlawanan Nasional yakni Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres RI Nomor: 045/TK/1970). Ahli waris keempat kesultanan Banten ini gigih menantang penjajahan Belanda. Sultan pun telah berhasil membawa Banten pada jaman keemasan dan kejayaan.
Kebesaran nama tokoh pahlawan nasional tersebut mampu memotivasi unsur pemimpin wilayah, tokoh ulama, dan masyarakat Banten pada saat itu. Seluruh elemen masyarakat Banten pada saat itu ingin bangkit membangun wilayah dari ketertinggalan, terutama di bidang pendidikan tinggi.
Saat itu, tahun 1980, Drs. H. Kartiwa Suriasaputra selaku Residen Banten, pemimpin formal tertinggi wilayah I Banten menganggap perlu adanya perguruan tinggi di Banten. Karena pada saat itu hanya ada perguruan tinggi khusus agama Islam (baca: IAIN = Institut Agama Islam Negeri), sedangkan perguruan tinggi umum hanya Akademi Ilmu Administrasi (AII).
Oleh karena itu Drs. H. Kartiwa Suriasaputra berinisiatif untuk mengadakan pertemuan dengan unsur pemimpin wilayah Banten diantaranya Komandan Korem 064/MY Banten Kolonel Inf. Tjakra Sumarna, Kapowil Banten Kolonel Polisi Atem Sumantri, Kepala Pengadilan Negeri Serang Nanan Gilik S.H, dan para Bupati se-Wilayah I Banten.Tokoh ulama dan masyarakat Banten pun turut hadir dalam pertemuan yang bertempat di Gedung Kerasidenan Banten ini.
Pertemuan diadakan hingga empat kali dan pertemuan terakhir dihadiri Prof. Dr. Bachtiar Riva'i. Dalam pertemuan tersebut dicetuskan oleh Residen Banten untuk mendirikan perguruan tinggi di Banten. Alhasil pernyataan itu direspons luar biasa oleh para undangan yang hadir. Bahkan para tokoh ulama membuat pernyataan tertulis yang berisi dukungan dan desakan agar segera didirikan perguruan tinggi swasta.
Dalam pertemuan itu terjadilah proses pembahasan untuk berdirinya perguruan tinggi yang dimaksud, isi pembahasan itu yakni diperlukan sebuah payung untuk berdirinya perguruan tinggi. Maka diputuskan bersama untuk mendirikan yayasan yang diberi nama Yayasan Pendidikan Tirtayasa (Yapenta), nama tersebut diambil dari Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian perguruan tinggi yang akan didirikan pun diberi nama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa disingkat Untirta. Singkatan ini diberikan Prof. Dr. Bachtiar Riva'i.
Untuk pertama kalinya fakultas yang akan didirikan berasal dari saran tokoh masyarakat Banten H. Tubagus Chasan Sochib. Berdasarkan studi pustaka, H. Tubagus Chasan Sochib mengatakan, supaya masyarakat Banten tidak dianggap buta hukum dan menjadi melek hukum, lantas diusulkan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH).
Dari hasil pertemuan tersebut, modal awal terkumpul sebesar Rp. 5.150.000, dana ini berasal dari Pimpinan Gapensi Banten pimpinan H. Tubagus Chasan Sochib Rp. 3.500.000, sumbangan siemens Jerman Barat Rp.1.500.000, serta dari para pendiri lain Rp. 150.000.
Proses selanjutnya para pendiri menghadap ke Notaris Rosita Wibisono S.H, maka dibuatkanlah Akta Notaris Nomor: 1 tanggal 1 Oktober 1980. Dalam perjalanannya diadakan perubahan melalui Akta Notaris Ny. R. Arie Soetardjo, SH. No. 1 tanggal 3 Maret 1986.
Berbekal akta notaris dan surat pernyataan dukungan dan desakan dari para tokoh ulama Banten beserta tekad yang kuat maka Drs. H. Kartiwa Suriasaputra bersama-sama H. Tb. Suwandi, Drs. Panoto, Drs. Nurman Suriadinata, Nasihin S.H, H. Tb. Chasan Sochib, Tb. Saparudin datang menghadap ke Kopertis Wilayah IV Bandung. Pada saat itu diterima Prof. Dr. Didi Atmadilaga untuk memohon izin operasional STIH.
Perjuangan untuk mendapat izin itu cukup alot namun berkat kegigihan para pendiri izin operasional itu diperoleh dan bertepatan dengan Hari Kesaktian Nasional Pancasila 1 Oktober 1981. Maka diresmikanlah berdirinya STIH yang menjadi cikal bakal terbentuknya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian pada tahun 1983-1984 dibuka kembali dua sekolah yakni Sekolah Tinggi Teknologi (STT) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP).
Ketiga sekolah inilah digabungkan menjadi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berdasarkan SK Mendikbud No. 0596/0/1984, 28 November 1984. Kemudian statusnya ditingkatkan menjadi fakultas hukum, fakultas teknik, serta fakultas keguruan dan ilmu pendidikan dengan SK Mendikbud No. 0597/0/1984 dengan status 'terdaftar'. Dalam perjalanannya status ini diperbaharui kembali dengan SK Mendikbud No. 0388/0/1986, 22 Mei 1986.
Meningkatnya hasrat masyarakat untuk masuk Untirta, pada tahun akademik 1984-1985 dibuka kembali fakultas pertanian yang disahkan dengan SK Mendikbud No. 0123/0/1989, 8 Maret 1989. Langkah pengembangan berikutnya didirikan fakultas ekonomi pada 1986-1987 yang disahkan dengan SK Mendikbud No. 0331/0/1989, 30 Mei 1989 masing-masing dengan status 'terdaftar'. Sehingga Untirta pada saat itu memiliki lima fakultas.
Berkat kegigihan badan pendiri, dewan penyantun, yayasan dan pemimpin Untirta dalam merespons aspirasi masyarakat yang mendambakan adanya perguruan tinggi negeri di Banten. Maka sesuai Keputusan Presiden R.I Nomor: 130 tahun 1999, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten mulai tahun akademik 2001/2002 menjadi persiapan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.
Keputusan tersebut dikeluarkan pada 16 September 1999 oleh Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie setelah menerima utusan delegasi tokoh masyarakat dan ulama Banten di Istana Merdeka, Jakarta pada 23 April 1999.
Selanjutnya pada 13 Oktober 1999 keluar Kepres. No. 130 tentang persiapan pendirian Untirta. Sebagai tindak lanjut dari Kepres No. 130 tahun 1999, maka pada Mei 2001, Untirta di tetapkan sebagai perguruan tinggi negeri di wilayah Provinsi Banten oleh Mendiknas Prof. Dr. Yahya Muhaimin dan Mendagri Surjadi Soedirja berdasarkan Kepres Presiden Nomor 32, 19 Maret 2001.
Untirta sebagai perguruan tinggi negeri yang baru terus berupaya melakukan perubahan dan perbaikan dibidang organisasi, akademik, maupun kemahasiswaan dan kerjasama. Perubahan mendasar dibidang organisasi dan tata kerja terlihat dengan ditetapkannya keputusan Mendiknas nomor 023/j43/d.1/sk/iv/2003 dan statuta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa nomor 10 tahun 2007.
Demikian pula perubahan dan perbaikan dibidang akademik khususnya pendirian fakultas dan jurusan-jurusan baru, pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan peningkatan kualitas dosen serta tenaga pendidikan lainnya, pengembangan ICT (Information and Communication Technology) untuk menunjang pendidikan dan pelayanan akademik prima, pengembangan dan peningkatan sarana perpustakaan menuju E-library dan E-jurnal guna penguatan akademik atmosfer di kampus, serta peningkatan kualitas pendidikan melalui sistem jaminan mutu dan evaluasi diri (quality assurance and self evaluation).
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa saat ini telah menyelenggarakan program pendidikan akademik dan program pendidikan vokasi. Program pendidikan akademik terdiri atas program pendidikan sarjana (S1), sebanyak enam fakultas dan satu program pendidikan magister (pascasarjana).
Pertama, yakni fakultas hukum yang memiliki satu jurusan yakni ilmu hukum. Kedua, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan yang memiliki tiga jurusan dengan enam prodi, yakni jurusan ilmu pendidikan meliputi prodi pendidikan luar sekolah (PLS) dan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD), jurusan pendidikan bahasa meliputi prodi diksastrasia dan bahasa inggris, serta jurusan IPA meliputi prodi matematika dan biologi.
Ketiga, fakultas teknik yang memiliki lima jurusan yakni teknik mesin, teknik elektro, teknik sipil, teknik kimia, teknik industri, dan teknik metalurgi. Keempat, fakultas pertanian yang memiliki tiga jurusan yakni agribisnis, agroteknologi, dan perikanan. Kelimat, fakultas ekonomi yang memiliki tiga jurusan yakni manajemen, akuntansi, dan ekonomi pembangunan.
Keenam, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang memiliki dua jurusan yakni ilmu administrasi negara dan ilmu komunikasi. Ketujuh, fakultas pascasarjana yang menyelenggarakan program magister (S2) dengan dua program studi yakni teknologi pendidikan dan pendidikan bahasa indonesia.
Selain program pendidikan akademik, Untirta pun menyelenggarakan program pendidikan vokasi yaitu program diploma III. Fakultas yang menyelenggarakan program tersebut adalah fakultas ekonomi yang terdiri atas prodi Akuntansi, pemasaran, perpajakan, serta keuangan dan perbankan. Sementara fakultas teknik dengan satu prodi yaitu prodi teknik komputer dan multimedia.
Sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kondisi Desember 2009 terdiri atas 442 orang Dosen dan dengan jumlah mahasiswa sebanyak 12.320 orang.

*Diolah dari berbagai sumber

Minggu, 15 Juli 2012

SMAN 2 KS; Study Singkat di ISI Yogyakarta


Berfoto di ISI Yogyakarta


*Catatan perjalanan
Yusuf - YOGYAKARTA

Study Singkat di ISI Yogyakarta
Minat belajar siswa SMAN 2 KS terhadap seni begitu besar, hal itu dibuktikan dalam kunjungannya ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (3/7). Mereka berkunjung ke Fakultas Seni Pertunjukkan (FSP) dan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR). 
Dengan terbagi dua kelompok, mereka memasuki ruang kuliah umum di fakultas masing-masing. Beberapa di antara mereka menanyakan tentang ujian jalur masuk, aktivitas perkuliahan, hingga keasyikan apa yang didapat dari setiap jurusan yang ada.

Bertanya
Chandra Rosselidinni, siswa SMAN 2 KS yang minat dalam seni rupa ini akan mengambil jurusan seni rupa murni FSP di ISI Yogyakarta. Saat berkunjung ke fakultas, ia mengaku mendapat informasi, bahwa pola pembelajaran di sini berbeda dari kampus yang lainnya. Karena lebih memperdalam serta berkonsentrasi pada satu pembelajaran saja.
“Karya-karya lukisan di sini berkarakter kuat, menunjukkan ciri khas pelukisnya. Dan juga belajar di sini tidak ada tuntutan apapun dalam melukis, kita bebas menuangkan ide kita tanpa aturan khusus dari pengajar ,” ujar dia.
Sementara itu di FSMR kunjungan siswa disambut Pembantu Dekan III Pamungkas Wahyu Setiyanto didamping ketua jurusan fotografi dan televisi. Ia pun mengapresiasi kunjungan mereka ke FSMR.
Menurut Pamungkas kunjungan study tour sebaiknya dilakukan ke kampus-kampus di Indonesia. “Selain berwisata dan refreshing, mereka juga mendapatkan pengetahuan dan mempunyai pandangan tentang perguruan tinggi yang akan dituju setelah lulus SMA/K nanti,” ujarnya.
Sejak tahun 2006 hingga sekarang jurusan fotografi dan televisi di FSMR merupakan yang terfavorit, setelah jurusan desain komunikasi visual. Tidak ada kriteria khusus untuk masuk ke fakultas ini.

“Dulu memang ada, karena eranya pakai film (klise). Tapi sekarang zamannya sudah digital, tinggal mengoperasikan dan memaksimalkannya saja. Kita membutuhkan penalaran dan niat saat tes masuk nanti. Selain uji teori, praktek, dan wawancara,” terang Pamungkas. Penelitian selanjutnya akan berkunjung ke Malioboro untuk mengamati kegiatan jual-beli yang ada disana.

Sabtu, 14 Juli 2012

SMAN 2 KS Baksos di Bantaran Kali Code


Saat tiba di kampung Code
  *Catatan Perjalanan
Yusuf - Yogyakarta

SMAN 2 KS Baksos di Bantaran Kali Code
Rasa peduli siswa SMAN 2 KS timbul saat mengunjungi pemukiman warga kampung Code yang terdapat di bantaran kali Code, Kota Baru, Yogyakarta, Selasa (3/7). Dalam rangkaian Field Study Bali and Jogja 2012, mereka pun melaksanakan kegiatan yang bersifat sosial dengan memberikan bantuan paket sembako. Paket tersebut diserahkan secara simbolik ke Ketua RT kampung Code, Darsam.
Menunggu instruksi
Ia mengatakan, kunjungan seperti ini amat diharapkan. Karena mempunyai dampak positif terhadap anak-anak di kampung, agar mempunyai semangat tinggi dan motivasi untuk belajar.

Dampak positif lainnya, darsam menuturkan, warga kampung dapat termotivasi untuk tidak senantiasa bergelut dalam aktivitas kesehariannya, yakni sebagai buruh dan pemulung sampah. Warga pun dapat saling berhubungan dan bersinggungan secara langsung dengan saudara-saudara yang datang dari luar. Mereka dapat belajar tentang kehidupannya.
“Penelitian yang diadakan siswa SMAN 2 KS ini, kami sambut bahagia. Di sini mereka dapat mengetahui dan melihat secara langsung kehidupan sosial, ekonomi, dan agama masyarakat Code,” ujarnya.
Gotong royong
Di kampung ini, siswa turut meneliti tentang kerukunan beragama, yakni hubungan antara Islam dan Kristen. Darsam mengatakan, tidak ada konflik yang terjadi selama puluhan tahun hidup berdampingan. Bahkan saat hari raya Idul Adha umat muslim saling berbagi daging kurban kepada umat Kristiani.

Selain itu, siswa pun mengamati nilai-nilai kehidupan masyarakat kampung Code yang menjunjung tinggi gotong royong. “Di sini kami semua ikut membantu, merasakan, dan meringankan. Jika ada warga yang mempunyai masalah,” ujar Darsam.
Saat berdiskusi
Ardan Sandi panitia siswa bagian umum menerangkan, kunjungan ke kampung Code bertujuan, supaya siswa SMAN 2 KS turut merasakan pola hidup sederhana dan serba kekurangan. Terlebih lokasinya berada di bantaran kali.

“Saya merasa prihatin atas keadaan ekonomi masyarakatnya, tetapi saya terharu melihat perjuangan mereka untuk tetap hidup walau serba kekurangan,” ujarnya. Ia pun merasa salut kepada masyarakat Code, yang tetap menjaga lingkungan agar terlihat bersih dan nyaman untuk ditinggali.

Belajar Toleransi Umat Beragama di Bali - Catatan Perjalanan (SMAN 2 KS)



Di dalam pura, tour guide menerangkan tentang aktivitas umat Hindu dalam beribadah

*Catatan Perjalanan
Yusuf - DENPASAR

Belajar Toleransi Umat Beragama di Bali
Puri Wisata sebagai penyedia jasa perjalanan wisata yang mendampingi rombongan SMAN 2 KS Field Study Bali and Jogja 2012, memberikan kesan berbeda pada penelitian pertama setibanya di Bali, Jumat (29/6). Rombongan berkunjung ke kawasan Puja Mandala, sebuah tempat peribadahan yang di bangun dalam satu komplek, yakni Masjid, Pura, Vihara, Gereja Protestan, dan Gereja Katolik.
Sedang menaruh canang
Tujuannya, guna meneliti kerukunan dan tingkat toleransi antar umat beragama di Bali. Pemandu wisata Bali Agus Gede Nuryana mengatakan, kunjungan ini memberikan kesan berbeda terutama bagi warga Indonesia. Kerukunan antar umat beragama begitu tinggi disini, dan dari itu pula warga Bali mendapatkan rejeki lebih.
“Kerukunan dan disiplin itu adalah kunci toleransi antar umat beragama. Berbeda keyakinan boleh, tetapi kita harus tetap satu,” ujarnya.
Menurut Agus, siswa SMAN 2 KS merupakan salah satu generasi bangsa yang dapat mengokohkan pundi-pundi Negara ini. Agama itu penting bagi bangsa Indonesia, agar tetap mengendalikan diri dari jaman yang terus berubah dan menguatkan iman kita.
Sementara itu, peserta field study Fitria Putri menjadi lebih tahu akan keunikan dan perbedaan masing-masing agama, mulai dari tata cara ibadah hingga gaya bangunannya. “Ternyata berbeda agama itu tidak membuat pecah satu umat dengan yang lainnya. Terbukti di sini, toleransinya begitu tinggi dan saling menghargai,” ujarnya.
Saat di Gereja
Chief Security Gereja Katolik Rumanus Ritan menilai, kunjungan siswa SMAN 2 KS ini begitu baik dan bagus. Karena dapat menambah pengetahuan hubungan antar umat beragama di Bali.
Selain mengunjungi Kawasan Puja Mandala, rombongan field study turut meneliti jalannya roda perekonomian di Tanjong Benoa dan berlayar untuk meneliti kehidupan penyu di pulau Tanjong Benoa, Denpasar.
Di pantai Kuta pun, siswa tidak hanya refreshing tetapi mewawancarai turis mancanegara untuk dimintai pendapatnya tentang Bali.

Tertarik Melihat Bali Mini - Catatan Perjalanan (SMAN 2 KS)



Upacara Melasti
*Catatan Perjalanan
Yusuf - GIANYAR 

Tertarik Melihat Bali Mini
Bali memang menjadi daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara dengan budaya, kesenian, hingga tata cara beribadah mereka menjadi sorotan dunia. Itu pun yang menjadi daya tarik peserta penelitian siswa SMAN 2 KS Cilegon dalam Field Study Bali and Jogja 2012 mengunjungi Bali Culture Center (BCC) atau akrab disebut Bali Mini, Ubud, Gianyar, Sabtu (30/6).
Saat siswa datang, BCC menyambutnya dengan parade melasti. Proses penyambutan yang biasa diadakan saat tahun baru saka, yang bertujuan guna pen-sucian. Lalu di sambung dengan sajian tari sekar jagat, tarian yang dipersembahkan untuk menyambut tamu yang datang ke Bali.
Tari sekar jagat; penyambutan tamu
Pemandu Lokal BCC Gusti Ngurah Adiyatmika mengatakan, siswa dapat mempelajari kebudayaan yang ada di dalam masyarakat Bali, seperti umat beragama Hindu yang membuat canang. “Di sini mereka dijelaskan tentang ritual Barong Bangkal yang fungsinya untuk menolak bala. Lalu prosesi ogoh-ogoh yang diadakan sebelum hari raya Nyepi untuk membangunkan penguasa alam atau Bute Kala agar tidak mengganggu warga saat melakukan Nyepi,” ujarnya.
Ia menambahkan, siswa pun diajak untuk melihat wayang lemat khas Bali yang biasa dipertunjukkan saat upacara berlangsung. Selain itu, mereka diajak untuk melihat prosesi menumbuk padi dan pembuatan minyak kelapa tradisional. Di akhir mereka dipersembahkan tarian Bali, koleksi BCC.

Menonton Wayang Lemat
Gusti menilai, siswa SMAN 2 KS antusias sekali dalam menyimak pemaparan dari pemandu. Mereka menanyakan seputar kebudayaan, tata cara beribadah, hingga adat istiadat. Salah satu siswa sempat menanyakan, mengapa patung Dewi Saraswati memegang gitar.
Ketua pelaksana field study Muhammad Ridho merasa perlu untuk datang ke BCC, karena peserta penelitian dapat menggali dan mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat yang ada di Bali.
“Mereka tahu tentang Barong, tari sekar jagat, hingga nama-nama yang dipakai oleh orang Bali. Saya bersama teman-teman, merasa seperti tamu terhormat. Karena untuk dapat mengunjungi tempat ini tidak mudah, tidak sedikit biayanya, dan pelayanannya begitu baik,” ujar dia.
Hari kedua di Bali, peserta penelitian turut mengunjungi Galuh dan Cah Ayu tempat yang mereplika rumah adat Bali. Lalu dilanjutkan ke BCC, serta sanggar tari bali Dana Swara dan Dewa Kompiang Tapa, batik and wood carving (pembuatan batik di bed cover). Malamnya peserta penelitian, akan melakukan presentasi bersama di Hotel Nusa Indah, Denpasar.

Anak Perempuan dalam Panggung Bus Cilegon-Serang


Mengamen
*Perjalanan Menuju Kampus

Makin aneh saja pengamen sekarang, Rabu (11/7) di terminal PCI Cilegon perjalanan menuju Serang, ku lihat ada dua anak perempuan yang mengamen di bus Prima Jasa. Pada awalnya satu anak hanya duduk-duduk saja, ku pikir itu memang anak dari penumpang yang menuju ke Serang. Ku biarkan saja, bahkan acuh.
Tapi, setelah bus berjalan dari ng-temnya di terminal bayang-an PCI menuju gerbang tol Cilegon timur. Mereka berdua berjalan ke tengah, menenteng sebuah gitar cilik yang bahkan tak melebih tinggi badannya. Dua bocah itu saling melemparkan aba-aba, dan satu-dua-tiga. Yak, mereka mulai bernyanyi.
Kembali Berdendang
Dengan suara yang pas-pasan dan hampir terkalahkan oleh deru mesin bus, mereka tetap gonjrang-gonjreng memainkan gitar, sambil mulutnya bernyanyi. Entah lagu apa yang mereka nyanyikan saat itu, lagunya pun tak terlalu populer di telinga ku.
Sungguh ironis, memang. Baru ku lihat ada dua anak perempuan mengamen di bus. Biasanya se-usia mereka, hanya berani mengamen di pinggir jalan. Itu pun ditemani teman lelakinya. Dan berpakaian lusuh dan terlihat seperti tidak mandi seharian.

Tapi kali ini berbeda, mereka berpenampilan rapih. Bahkan tidak tergolong kotor maupun dekil. Mereka bersepatu, perpaduan busananya pun terlihat seperti seorang anak SD yang sederhana dan hendak berlatih upacara bendera. Alat musiknya pun tidak tergolong kuno, kecrekan yang terbuat dari kayu dan ditempeli tutup botol kaleng yang dipaku agar tidak terlepas.
Berpikir kembali, se-usia mereka kenapa tidak bermain? Alasannya pasti karena keterbatasan ekonomi. Jika ada yang lain, menurut ku itu tak mungkin. Apakah mereka hobi mengamen? Sehingga bermain-main di dalam bus, bersenang-senang, cekikikan, dan tertawa riang sambil menenteng gitar cilik. Atau karena bosan berdiam diri di rumah terus, sehingga butuh penyegaran di luar rumah yang tempatnya itu bus umum. Ahh, rasanya tidak mungkin karena itu semua.
Dua anak perempuan itu, memang menarik perhatian ku. Tak seperti anak lelaki yang sering ku lihat mengamen di bus juga. Rata-rata dari mereka membawa gitar kecil, kecrekan, botol yakult yang di isi beras atau pasir (jenis alat ngamen ini tak populer namanya), hingga gendang pipa putih yang atasnya dilapisi karet ban. Bocah lelaki biasanya memang sering terlihat mengamen di seputaran Cilegon-Serang.
Saking, tertariknya. Akhirnya ku potret mereka dan ku jadikan catatan seperti ini. Aku kembali berpikir, apakah mereka tak dimarahi ibunya. Atau bahkan ibunya yang menyuruh, aku tak tahu. Dan aku tak ingin men-judge mereka. Rasanya sangat bersalah jika aku men-judge, sementara aku tak tahu apa-apa tentang biografi dan kehidupan keluarga mereka.
Harapan ku, semoga mereka tak putus sekolah, tak padam semangatnya dalam bermusik (bukan ngamen), dan menjadi artist di panggung Internasional nanti. Banyak peluang. Terlebih, banyak jalan menuju Roma.  

Wartawan


Wartawan profesi nan mulya menginformasikan setiap kejadian terpenting yang ada di muka bumi. Mengolah isu untuk dijadikan sebuah bacaan yang penting untuk disajikan kepada pembaca. Pergi ke suatu tempat nun jauh hanya untuk memberitakan saudara-saudaranya yang sedang tertimpa musibah atau pun kelaparan. Meliput kejadian di tengah desingan peluru, ditengah demonstrasi atau amuk masa. Potret sana, potret sini. Tak habis bertanya kepada sekelilingnya untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Tak jarang dari mereka yang tertembak, meninggal. Kelaparan, jadi tawanan atau korban kekerasan dan pukulan dari aparat keamanan.
Apakah mereka yang menganggap wartawan tetap licik, picik, pemeras. Semuanya dilakukan oleh oknum, yang tak menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Sekali lagi ini, pendapat ku. Bukan pendapat publik dari seluruh wartawan.
Aku yang bercita-cita menjadi wartawan Internasional, seorang yang lahir dari keluarga sederhana. Dimana garis keturunannya tidak ada yang tercatat berprofesi sebagai wartawan. Entah ini ilham dari mana.
Lab TV, Serang 11 Juli 2012 

Jumat, 06 Juli 2012

Dari Kampung Code hingga Bertemu Didik Thowok


*Field Study Bali and Jogja 2012 SMAN 2 KS
YOGYAKARTA - Yusuf Ekspresi 

Pagi itu, Rabu (4/7), rombongan siswa SMAN 2 KS yang tergabung dalam program perjalanan Field Study Bali and Jogja 2012 telah berkumpul di pendopo Museum Pangeran Diponegoro, Tegalrejo, Yogyakarta. Ini merupakan hari kesembilan dari perjalanan mereka dalam program tersebut.

Sebelumnya, 104 siswa yang mengikuti kegiatan ini telah melakukan penelitian sosial budaya, ekonomi, dan agama di Bali dan Malang. Di Yogyakarta, mereka juga telah berkunjung ke kampus Institut Seni Indonesia (ISI) dan Kampung Code yang berada di bantaran Kali Code, Kota Baru, Yogyakarta.

Kedatangan mereka disambut Slamet Wiraatmadja, pengurus museum. Dari penjelasan Slamet, para siswa banyak mendapat pengetahuan seputar sosok Pangeran Diponegoro. Ia bercerita bagaimana sepak terjang Pangeran Diponegoro mengusir penjajah Belanda dari Tanah Jawa.

Bahkan, para siswa pun diajak berkeliling mengitari monumen. Di salah satu sudut museum, mereka diperlihatkan sebuah tembok yang tengahnya bolong. Tembok ini dikenal dengan nama tembok jebol.

Dulu, Pangeran Diponegoro menjebol tembok ini saat melarikan diri dari kepungan kompeni pada 20 Juli 1825. Slamet pun mengajak para siswa masuk ke dalam museum yang terpisah oleh satu bangunan dari tembok jebol. Di museum ini siswa melihat foto jubah dan makam Pangeran Diponegoro.

Di bagian lain, tampak pula silsilah keluarga Pangeran Diponegoro tertempel di sebuah lemari kayu. “Siapa tahu keluarga saya termasuk di sini,” celoteh Chandra Rosellidinni, salah satu siswa SMAN 2 KS.

Museum ini pun menyimpan banyak benda-benda peninggalan perang Diponegoro. Di antaranya bedil, keris, pedang, tameng, serta tombak. Gamelan pun turut menjadi barang koleksi dari museum ini.

Usai melihat-lihat koleksi bersejarah, siswa beristirahat di pendopo yang terletak di tengah-tengah museum. Kali ini, mereka dijadwalkan bertemu maestro tari, Didik Hadiprayitno, atau banyak dikenal dengan nama Didik Nini Thowok.

Para siswa tampak tak sabar bertemu penari yang sering tampil di televisi dengan penampilan nyentrik dua topengnya itu. Untuk mengisi waktu luang, para guru-guru pun bergantian memberi motivasi para siswa agar tetap bertahan mengikuti program ini.

Mereka tetap menanti. Satu hingga dua jam terlewati. Saat jam menunjukkan pukul 08.30, beberapa kru dari Didik Nini Thowok mulai tampak berseliweran. Mereka mempersiapkan sound system untuk dialog. Ada yang memasang tripod untuk dudukan media perekam yang nantinya menjadi video koleksi Didik dan ada pula yang memasang kamera.

Tiba-tiba ada lighting dari kamera yang muncul di belakang pendopo. Setelah didekati, ternyata Didik Hadiprayitno sedang duduk santai sambil berbincang-bincang dengan salah seorang panitia. Mereka tampak serius berbicara di tengah jepretan kamera dari salah seorang kru.

Acara pun dimulai. Pembawa acara membuka dengan salam dan langsung memanggil sang maestro. “Kita beri tepuk tangan kepada Mas Didik Hadiprayitno,” ujar Eka, pembawa acara.

Pada awal acara, Didik dipersembahkan dua karya lukisan siswa SMAN 2 KS, Chandra Rosellidinni, yang telah dipersiapkan sejak Selasa (3/7) malam. Ia menyambutnya dengan senang, “Terima kasih ini luar biasa, umur kamu masih 17 tahun tapi sudah bisa menceritakan makna dari lukisan itu,” ujar Didik pada Chandra.

Sebelumnya, Chandra mempresentasikan dua lukisannya itu di depan Didik. Dengan semangat ia menjelaskan warna cat yang dipakai dalam karyanya. Setelah menerima lukisan itu, Didik langsung memberi instruksi kepada krunya agar membingkai lukisan itu untuk dipajang di kantornya.

Sang maestro mengawali dialognya dengan menyoroti pentingnya pembinaan generasi muda yang mandiri bagi Indonesia. Ia pun menceritakan dirinya saat pertama kali masuk ISI Yogyakarta pada 1974 lalu. Terpilih sebagai mahasiswa teladan 1976 dan selesai studi S-1 pada 1987.

Saat ini Didik mengelola Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Tari Natya Lakshita yang di Jalan Godean, Yogyakarta. Meski telah terkenal di bidangnya, Didik mengaku masih tetap selalu belajar, memperkaya diri dengan melihat, mendengar, dan merasakan karya orang lain. “Dan selalu melihat dengan mata hati,” kata seniman yang lahir dengan nama Kwee Tjoen Lian ini.

Ia pun berbicara tentang karakter bangsa Indonesia. Menurutnya, karakter bangsa ini dapat dibentuk lewat seni dan budaya. “Seni dan budaya itu tulus, merupakan keindahan dan keagungan Tuhan yang dapat dinikmati serta dipahami,” ungkapnya.

Ungkapan perasaan senang, terlontar dari mulutnya ketika ditanya dapat berkumpul dengan siswa SMAN 2 KS. Menurut Didik, sekolah-sekolah di Indonesia perlu mengadakan sharing seperti ini agar dapat memiliki wawasan tentang berbudaya dan berkesenian. “Belajar dan terus belajar, setidaknya sekarang bisa lewat Youtube. Supaya kalian dapat mengenal bagaimana kayanya seni dan budaya Indonesia, yang begitu dikagumi dunia,” pesannya.

Diakhir dialog, Didik berkenan untuk foto bersama dengan para guru dan siswa. Bahkan ia tak sungkan-sungkan melayani permintaan tanda tangannya ke baju dan kertas yang diajukan siswa. Bahkan foto berdua pun dilayani sang maestro satu per satu.

Koordinator Field Study Bali and Jogja 2012, A Hendrid Suko, bersama guru dan siswa SMAN 2 KS terlihat amat terkesan dan tidak mengira dapat bertemu dengan Didik Hadiprayitno. “Kesederhanaannya membuat kita terkejut, terlebih lagi dia membuka selebar-lebarnya pada siswa yang hendak studi di Yogya, khususnya di ISI, atau berlatih di LKP Tari Natya Lakshita,” katanya.

Suko tampak puas dengan berlangsungnya kegiatan ini. Menurutnya, peran seluruh peserta, panitia, dan orangtua siswa yang mendukung kegiatan ini, menjadi kunci sukses acara. “Kita sangat berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung kegiatan ini. Ke depan, kita juga berencana menerbitkan buku dan video dokumenter kegiatan ini,” ujar Suko. (***)

Sabtu, 30 Juni 2012

SMAN 2 KS: Menikmati Bangunan Kuno di Jatim


PROBOLINGGO – Menikmati jalanan di Provinsi Jawa Timur memang mengasyikkan, terdapat bangunan unik dan bersejarah disepanjang jalannya. Saat tiba dipersinggahan pertama, yakni Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada 04.30 WITA peserta field studyBali and Jogja 2012 SMAN 2 KS Cilegon turun untuk menunaikan ibadah salat subuh di Masjid Agung Tuban yang juga tempat wisata religi makam Sunan Bonang.
Melewati Tuban-Lamonganterasa seperti berada di jaman Jawa kuno, karena becak tradisional masih bersilwean memenuhi sisi jalan. Namun ada juga becak motor dan brendi atau dokar yang sesekali menarik perhatian rombongan. Menurut Koordinator kegiatan A Hendrid Suko, masyarakat Tuban-Lamongan sekarang sudah sadar akan teknologi yang maju.
“Mereka memanfaatkan teknologi untuk menarik becak menggunakan tenaga motor, bukan manusia lagi,” ujar guru SMAN 2 KS yang berasal dari Tuban ini.  Disini, tambah Suko, jalanannya terlihat bersih dan tidak berlubang. Itu karena akses jalannya yang diperhatikan Walikota atau Bupati.
“Di Tuban terdapat benda-benda peninggalan sejarah, seperti uang jaman kuno dan guci. Akibat tenggelamnya kapal perang tentara Tar-tar dari Mongolia,” ceritanya. Sepanjang Tuban hingga Gresik, Suko terus berbagi cerita kepada siswanya tentang mayoritas masyarakat di daerah itu yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
 “Di sini beberapa masyarakatnya berbicara dengan nada tempramental, karena seringnya mereka mencari ikan dilaut. Harga perahunya pun mencapai satu hingga dua milyar,” ujar dia.
Sementara itu peserta field study Marcela Defita merasa ingin menekuni traveliing setelah melihat-lihat bangunan unik di Tuban, terlebih ada desa yang bernama Brondong. “Bangunannya masih bergaya Jawa kuno dan pantai-pantainya bersih, tapi sayang kurang terawat,” ujar dia.
Selain itu Marcela mengaku nyaman atas pelayanan jasa PO (Pengusaha Otobis) Armada Jaya Perkasa. Driver Pariwisata Armada Asep Deny Darmawan mengatakan, jika dalam mengemudikan bus itu tergantung situasi jalan.
“Kecepatan berkendara itu harus diimbangi dari arus arah berlawanan dan juga keinginan penumpang. Kecepatan minimalnya 70-80 Km/Jam dan maksimalnya 100 Km/Jam,” ujarnya yang sudah 9 tahun mengabdi di PO ini. Ia juga merasa enjoy dalam perjalanan ini, karena bersama rombongan saling melemparkan guyon.
Rombongan field study telah melewati Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Porong-Siduarjo-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi. Setelah itu perjalanan akan dilanjutkan ke Pulau Bali menggunakan kapal laut di Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur. Dan beristirahat di Hotel Puri Nuansa Indah I & II. (yusuf)

Jumat, 29 Juni 2012

SMAN 2 KS: Pnitia Jaga Kekompakan, Peserta Menahan Rindu


BREBES – Rombongan SMAN 2 KS Rabu (27/6) malam sekira pukul 02.00 WIB memulai keberangkatan Field Study Bali and Jogja 2012 ketiga provinsi yakni Bali, Malang, dan Yogyakarta. Terdapat tiga bus rombongan yang berisi 104 peserta, 10 guru pendamping, dan satu orang anggota polisi resort Cilegon.  
Sebelum keberangkatan Guru SMAN 2 KS sekaligus koordinator kegiatan A Hendrid Suko berpesan kepada peserta, agar menjaga keselamatan diri dan bersikap seramah mungkin didaerah yang dikunjungi. “Kita ini membawa nama baik SMAN 2 KS buatlah agar terlihat baik dimata masyarakat dan saling menghormati budaya, norma-norma, serta tempat disetiap daerah,” ujar dia saat memaparkan pesannya kepada peserta. Ia juga berpesan agar saling menjaga kekompakan sesama rombongan dan saling peduli  satu dengan yang lainnya. Karena itu akan membuat kegiatan berlangsung lancar.
Menurut Suko, pada hari pertama ini peserta begitu menikmati perjalanan dan sangat tertib. Dalam melaksanakan ibadah peserta pun bersikap disiplin. Ia menilai kinerja tim panitia terihat profesional, untuk usia SMA bisa dibilang nilainya sangat memuaskan.
“Saya berterima kasih pada orangtua panitia yang telah mempercayakan mereka untuk mengelola kegiatan dengan baik,” kata Suko.
Untuk menjalin kelancaran antar panitia, koordinator lapangan (korlap) yang bertanggung jawab atas teknik di lapangan selalu berkoordinasi antar korlap lain yang berjumlah enam orang. Mereka saling memberikan informasi dan instruksi yang jelas kepada peserta.
Korlap bus I Lara Amelia mengatakan, ada 15 kelompok di penelitian yang nantinya disetiap satu kelompok terbagi lima orang. “Tugas kita mengatur jadwal acara, memanajemen peserta agar tertib dan teratur, hingga pembagian kelompok penelitian. Ini merupakan pembelajaran bagi kami dalam memanajemen setiap orang yang berbeda karakter,” ujar dia.
Lara bersama panitia lainnya saling menjaga kekompakan satu sama lain. Dari pembekalan sebelum field study panitia menyatukan tekad, untuk menjaga keharmonisan dan komunikasi yang baik antar panitia.
Sementara itu, salah satu peserta Sandi Pantresna mengaku rindu pada orangtua, karena tidak bertemu mereka selama field study. Hal ini ia siasati dengan menjalin komunikasi setiap hari lewat mengirimkan pesan pendek dan menelpon orangtuanya.
Hal senada pun dikatakan peserta Gradiena Suprawarman yang merasa sedih, karena jauh dari orangtua. “Biasanya setiap hari bertemu dirumah dan kumpul bersama. Disisi lain saya pun merasa senang karena bisa berkumpul juga dengan teman-teman,” ujar dia.
Hingga berita ini ditulis, peserta sudah melewati sembilan gerbang tol utama mulai dari gerbang tol Cikupa, Tangerang, Banten hingga Tol Kanji-Pejagan, Brebes, Jawa Tengah. Dan menghabiskan waktu perjalanan selama 24 jam. (yusuf)

Jumat, 08 Juni 2012

Cilegon Masih Berbenah Diri Soal Kesehatan

Kondisi kesehatan masyarakat Banten memang belum sepenuhnya beres, namun Wakil Ketua II DPRD Cilegon Hasbudin menilai sudah baik secara umum. Perlunya penyuluhan yang lebih intensif dari dinas terkait tentang hal ini. Ia mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Pentingnya penataan lingkungan menjadi salah satu faktor untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat Banten. Namun, dewan pilihan asal Merak ini tidak memungkiri masalah-masalah yang terjadi di sana-sini. “Masyarakat pinggiran kota pun masih membuang kotoran di bantaran sungai. Ini menciptakan lingkungan yang kurang bersih. Di desa pun sama, mereka sering BAB (Buang Air Besar) di kebun, karena belum memiliki tempat MCK (Mandi Cuci Kakus),” ujar Hasbudin.
Ia menilai MCK yang masih jarang dimiliki masyarakat desa atau pinggiran kota, merupakan masalah yang harus di tanggung bersama. Kepala keluarga misalkan, jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah, karena itu sifatnya memotivasi. Programnya satu kampung satu MCK. Mulailah dari diri sendiri, pikirkan bagaimana anggota keluarga tidak membuang kotoran sembarangan, tambah Hasbudin.
Menurutnya salah satu faktor yang menyebabkan hal itu, yakni air. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukan aktivitas MCK, jika kurangnya ketersediaan air di wilayah tempat tinggalnya. Hasbudin menyarankan, paling tidak ada jamban umum dalam satu RT.
DPRD Kota Cilegon menganggarkan setiap tahunnya untuk menanggulangi masalah ketersediaan air. Seperti pembuatan sumur dangkal atau bor, guna wilayah yang tidak terjangkau PDAM. Sumur ini akan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengonsumsi dan menggunakan air bersih, misal kebutuhan mandi, mencuci, serta air minum. Wilayah seperti perbukitan yang sulit untuk sumur bor, akan dibuatkan semacam penampungan air.
“Nantinya PDAM menyuplai air dari bawah dan kita siapkan tangki penampungan untuk itu,” terang Hasbudin.
Menurutnya Cilegon belum maksimal dalam mengatasi kesehatan, ini dianggap wajar. Karena Kota Baja masih berbenah diri di usia yang ke-13. Faktanya masih banyak rakyat yang hidup dipinggiran atau desa, tetapi tingkat kesehatannya masih rendah. Adapun upaya yang dilakukan, itu hanya setengah-setengah. Sebab terkendala masalah anggaran.
Hampir di seluruh kecamatan di Kota Cilegon belum mendapat pelayanan kesehatan yang layak terlebih pola hidupnya. Perumahan layak atau Komplek yang berdiri di kecamatan Cilegon, Cibeber, atau Jombang hanya pada penataannya saja. “Buktinya masih berjejer rumah yang berdekatan dengan pembuangan limbah rumah tangga. Pemerintah Kota Cilegon sangat bertanggung jawab atas hal ini,” kata anggota dewan berkacamata ini.
Terkait kader posyandu di desa yang mulai tidak aktif, menurutnya itu perlu dipertanyakan. Karena bisa jadi itu soal lambatnya penyaluran honor ke kader.
Sementara itu Hasbudin turut prihatin terhadap masyarakat yang masih makan nasi aking. “Mereka tidak mampu untuk membeli beras satu kilo karena di anggota keluarganya ada enam hingga tujuh orang. Jika dimasak dan dimakan saat itu juga, akan habis,” ujarnya. Ia menambahkan, kalau pun beli nasi aking itu bisa dapat dua atau tiga kilo, itu penghematan.
Dalam meningkatkan kesehatan di Cilegon, sarannya adalah terus menggalakkan dan membudayakan hidup sehat. Hal ini dapat dilakukan dari diri sendiri dan berlanjut ke lingkungan. “Tidak mesti kaya, yang penting kesadarannya terhadap lingkungan yang bersih itu ada. Jika lantainya tanah, namun pola hidupnya bersih itu akan menjadikan jiwa sehat,” kata Hasbudin.

Artikel yang dibuat dari hasil wawancara dengan Wakil Ketua II DPRD Kota Cilegon Hasbudin, SH.