Kondisi
kesehatan masyarakat Banten memang belum sepenuhnya beres, namun Wakil
Ketua II DPRD Cilegon Hasbudin menilai sudah baik secara umum. Perlunya
penyuluhan yang lebih intensif dari dinas terkait tentang hal ini. Ia
mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Pentingnya
penataan lingkungan menjadi salah satu faktor untuk menjaga dan
meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat Banten. Namun, dewan pilihan
asal Merak ini tidak memungkiri masalah-masalah yang terjadi di
sana-sini. “Masyarakat pinggiran kota pun masih membuang kotoran di
bantaran sungai. Ini menciptakan lingkungan yang kurang bersih. Di desa
pun sama, mereka sering BAB (Buang Air Besar) di kebun, karena belum
memiliki tempat MCK (Mandi Cuci Kakus),” ujar Hasbudin.
Ia
menilai MCK yang masih jarang dimiliki masyarakat desa atau pinggiran
kota, merupakan masalah yang harus di tanggung bersama. Kepala keluarga
misalkan, jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah, karena itu
sifatnya memotivasi. Programnya satu kampung satu MCK. Mulailah dari
diri sendiri, pikirkan bagaimana anggota keluarga tidak membuang kotoran
sembarangan, tambah Hasbudin.
Menurutnya
salah satu faktor yang menyebabkan hal itu, yakni air. Tidak
memungkinkan bagi mereka untuk melakukan aktivitas MCK, jika kurangnya
ketersediaan air di wilayah tempat tinggalnya. Hasbudin menyarankan,
paling tidak ada jamban umum dalam satu RT.
DPRD
Kota Cilegon menganggarkan setiap tahunnya untuk menanggulangi masalah
ketersediaan air. Seperti pembuatan sumur dangkal atau bor, guna wilayah
yang tidak terjangkau PDAM. Sumur ini akan bermanfaat bagi masyarakat
untuk mengonsumsi dan menggunakan air bersih, misal kebutuhan mandi,
mencuci, serta air minum. Wilayah seperti perbukitan yang sulit untuk
sumur bor, akan dibuatkan semacam penampungan air.
“Nantinya PDAM menyuplai air dari bawah dan kita siapkan tangki penampungan untuk itu,” terang Hasbudin.
Menurutnya
Cilegon belum maksimal dalam mengatasi kesehatan, ini dianggap wajar.
Karena Kota Baja masih berbenah diri di usia yang ke-13. Faktanya masih
banyak rakyat yang hidup dipinggiran atau desa, tetapi tingkat
kesehatannya masih rendah. Adapun upaya yang dilakukan, itu hanya
setengah-setengah. Sebab terkendala masalah anggaran.
Hampir
di seluruh kecamatan di Kota Cilegon belum mendapat pelayanan kesehatan
yang layak terlebih pola hidupnya. Perumahan layak atau Komplek yang
berdiri di kecamatan Cilegon, Cibeber, atau Jombang hanya pada
penataannya saja. “Buktinya masih berjejer rumah yang berdekatan dengan
pembuangan limbah rumah tangga. Pemerintah Kota Cilegon sangat
bertanggung jawab atas hal ini,” kata anggota dewan berkacamata ini.
Terkait
kader posyandu di desa yang mulai tidak aktif, menurutnya itu perlu
dipertanyakan. Karena bisa jadi itu soal lambatnya penyaluran honor ke
kader.
Sementara
itu Hasbudin turut prihatin terhadap masyarakat yang masih makan nasi
aking. “Mereka tidak mampu untuk membeli beras satu kilo karena di
anggota keluarganya ada enam hingga tujuh orang. Jika dimasak dan
dimakan saat itu juga, akan habis,” ujarnya. Ia menambahkan, kalau pun
beli nasi aking itu bisa dapat dua atau tiga kilo, itu penghematan.
Dalam
meningkatkan kesehatan di Cilegon, sarannya adalah terus menggalakkan
dan membudayakan hidup sehat. Hal ini dapat dilakukan dari diri sendiri
dan berlanjut ke lingkungan. “Tidak mesti kaya, yang penting
kesadarannya terhadap lingkungan yang bersih itu ada. Jika lantainya
tanah, namun pola hidupnya bersih itu akan menjadikan jiwa sehat,” kata
Hasbudin.
Artikel yang dibuat dari hasil wawancara dengan Wakil Ketua II DPRD Kota Cilegon Hasbudin, SH.
0 komentar:
Posting Komentar