Jumat, 08 Juni 2012

Cilegon Masih Berbenah Diri Soal Kesehatan

Kondisi kesehatan masyarakat Banten memang belum sepenuhnya beres, namun Wakil Ketua II DPRD Cilegon Hasbudin menilai sudah baik secara umum. Perlunya penyuluhan yang lebih intensif dari dinas terkait tentang hal ini. Ia mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Pentingnya penataan lingkungan menjadi salah satu faktor untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat Banten. Namun, dewan pilihan asal Merak ini tidak memungkiri masalah-masalah yang terjadi di sana-sini. “Masyarakat pinggiran kota pun masih membuang kotoran di bantaran sungai. Ini menciptakan lingkungan yang kurang bersih. Di desa pun sama, mereka sering BAB (Buang Air Besar) di kebun, karena belum memiliki tempat MCK (Mandi Cuci Kakus),” ujar Hasbudin.
Ia menilai MCK yang masih jarang dimiliki masyarakat desa atau pinggiran kota, merupakan masalah yang harus di tanggung bersama. Kepala keluarga misalkan, jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah, karena itu sifatnya memotivasi. Programnya satu kampung satu MCK. Mulailah dari diri sendiri, pikirkan bagaimana anggota keluarga tidak membuang kotoran sembarangan, tambah Hasbudin.
Menurutnya salah satu faktor yang menyebabkan hal itu, yakni air. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukan aktivitas MCK, jika kurangnya ketersediaan air di wilayah tempat tinggalnya. Hasbudin menyarankan, paling tidak ada jamban umum dalam satu RT.
DPRD Kota Cilegon menganggarkan setiap tahunnya untuk menanggulangi masalah ketersediaan air. Seperti pembuatan sumur dangkal atau bor, guna wilayah yang tidak terjangkau PDAM. Sumur ini akan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengonsumsi dan menggunakan air bersih, misal kebutuhan mandi, mencuci, serta air minum. Wilayah seperti perbukitan yang sulit untuk sumur bor, akan dibuatkan semacam penampungan air.
“Nantinya PDAM menyuplai air dari bawah dan kita siapkan tangki penampungan untuk itu,” terang Hasbudin.
Menurutnya Cilegon belum maksimal dalam mengatasi kesehatan, ini dianggap wajar. Karena Kota Baja masih berbenah diri di usia yang ke-13. Faktanya masih banyak rakyat yang hidup dipinggiran atau desa, tetapi tingkat kesehatannya masih rendah. Adapun upaya yang dilakukan, itu hanya setengah-setengah. Sebab terkendala masalah anggaran.
Hampir di seluruh kecamatan di Kota Cilegon belum mendapat pelayanan kesehatan yang layak terlebih pola hidupnya. Perumahan layak atau Komplek yang berdiri di kecamatan Cilegon, Cibeber, atau Jombang hanya pada penataannya saja. “Buktinya masih berjejer rumah yang berdekatan dengan pembuangan limbah rumah tangga. Pemerintah Kota Cilegon sangat bertanggung jawab atas hal ini,” kata anggota dewan berkacamata ini.
Terkait kader posyandu di desa yang mulai tidak aktif, menurutnya itu perlu dipertanyakan. Karena bisa jadi itu soal lambatnya penyaluran honor ke kader.
Sementara itu Hasbudin turut prihatin terhadap masyarakat yang masih makan nasi aking. “Mereka tidak mampu untuk membeli beras satu kilo karena di anggota keluarganya ada enam hingga tujuh orang. Jika dimasak dan dimakan saat itu juga, akan habis,” ujarnya. Ia menambahkan, kalau pun beli nasi aking itu bisa dapat dua atau tiga kilo, itu penghematan.
Dalam meningkatkan kesehatan di Cilegon, sarannya adalah terus menggalakkan dan membudayakan hidup sehat. Hal ini dapat dilakukan dari diri sendiri dan berlanjut ke lingkungan. “Tidak mesti kaya, yang penting kesadarannya terhadap lingkungan yang bersih itu ada. Jika lantainya tanah, namun pola hidupnya bersih itu akan menjadikan jiwa sehat,” kata Hasbudin.

Artikel yang dibuat dari hasil wawancara dengan Wakil Ketua II DPRD Kota Cilegon Hasbudin, SH.

0 komentar:

Posting Komentar