Banyak orang merokok di Indonesia, saat
ini pun di sekiling kita, mulai dari teman kantor, kuliah, sekolah,
dll. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung Saudara, kalau semua
teman Saudara itu pandai menghisap sebatang tembakau penuh racun ini.
Saya pun bukan orang yang 'suci' dari rokok. Namun hingga saat ini
saya menahan untuk tidak merokok sebatang-dua batang rokok kembali.
Hal ini saya lakukan karena mendapat suatu pencerahan oleh video
dokumenter yang dibuat orang Amerika. Objeknya perokok di Indonesia
umumnya di Negara berkembang.
Ini kapitalisme yang dilakukan dalam
bentuk baru menurut Ku. Sekilas di Amerika dahulu, Marlboro menjadi
merek rokok terkenal sekaligus gengsi bagi orang dewasa di sana.
Ibarat kata kalau di Indonesia itu 'Macho'. Laki-perempuan hingga
dokter pun ikut menghisap tembakau bakar ini. Mereka merasa seksi
jika merokok, namun perusahaan penghasil rokok menutupi satu fakta
publik. Rokok dapat membunuh ‘penghisapnya’ secara perlahan
dengan 4,000 ribu bahan kimia dan 400 racun yang terkandung di rokok
(saya kutip dari http://media-islam.or.id).
Nah, di Amerika harga rokok pada 2011
adalah $12, jika di rupiahkan mencapai Rp. 108,000. Dengan asumsi $1
= Rp. 9,000. Mungkin saat ini sudah naik kembali, entah lah saya
tidak pernah mengecek langsung ke sana. Saat ini juga di Indonesia
harga rokok berkisar Rp. 12,000. Murah bukan? Harga beras standarnya
Rp. 8,000, itu pun Saudara sudah mendapatkan beras bebas kutu dan
apek.
Tahu produk Sampoerna Mild kan? Yang
slogannya ‘Go Ahead’ itu salah satu turunan produk Marlboro.
Saudara secara tidak sadar telah di hipnotis oleh iklan di televisi,
billboard jalan, atau spanduk di warung-warung masyarakat. Saat itu
juga Sampoerna Mild menanamkan ingatan ke dalam pikiran bawah sadar
kita untuk terus mengingat logo ‘R’ merah itu, sebut saja Mild.
Konsumennya kebanyakan umur 13 – 30.
Anak SMP, mahasiswa, pekerja kantoran-lapangan, tukang sopir, tukang
ojek, PNS, dan lainnya. Merokok di pinggir jalan, bus, kampus, warung
kecil, tempat nonkrong (cafe, dkk), sambil jalan, loteng, kamar, dan
masih banyak tempat lainnya.
Berapa omzetnya? Pasti sangat besar,
perhatikan dari sekian banyak konser band lokal, nasional hingga
internasional. Mereka yang men-sponsori konser itu, mahal sekali
bukan konsernya? Salah satun konsernya, Flo-Rida, rapper asal
amerika. Bayangkan berapa rupiah yang digelontorkan untuk menggelar
konser itu?
Produk rokok ini salah satu penyumbang
dana Amerika, yang kita tahu mayoritas produknya kapitalisme.
Lantas bagaimana mengatasi
keterjangkitan rokok dari diri dan lingkungan kita? Mulai dari diri
sendiri sudah pasti. Mengingatkan lingkungan sekitar kita sudah
pasti. Kantor kedinasan, ruang ber-AC, sekolah, beberapa kampus,
kantor perusahaan swasta, pom bensin, puskesmas, mall, dan banyak
lainnya sudah menerapkan aturan di larang merokok. Jika merokok
petugas keamanan atau OB atau orang yang sadar akan menegur orang
yang menghisap si ‘putih’ kecil berasap ini.
Lantas apalagi yang musti dilakukan
pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kesehatan
penduduknya? Atau kita sebagai orang yang terganggu atas dampak asap
rokok dan peduli terhadap kesehatan? Saya menyarankan untuk
mensosialisasikan, sadar akan dampak rokok terhadap kesehatan maupun
ekonomi. Terutama ke sekolah atau perguruan tinggi. Karena di tempat
ini lah generasi bangsa terdidik, kaum intelektual muncul setiap
detiknya. Mereka akan mampu mengkomunikasikan itu dengan baik ke
lingkungannya.
Secara perlahan kita akan sadar dampak
rokok terhadap kesehatan. Jika sudah tahu ‘Berlian itu mahal,
kenapa kita tidak menjualnya’ jika tahu ‘Api itu panas, harus lah
kita menghindarinya’.
Begitu pun rokok, perlahan masyarakat
kita akan peduli terhadap kesehatannya. Sekarang saja pengobatan atau
pelayanan kesehatan gratis sudah bermunculan dimana-mana. Itu karena
masyarakat kita sudah sadar akan pentingnya memiliki tubuh dan jiwa
yang sehat. Mengurangi iklan di media massa dan papan billboard
merupakan salah satu cara juga, dalam mengurangi branding, atau citra
baik rokok, di benak masyarakat.
Jika pemerintah secara frontal mem-PHK
atau menutup perusahaan rokok, akan banyak pekerja yang demo lantas
frustasi mencari pekerjaan yang semakin susah di dapat. Pendapatan
Indonesia akan menyusut drastis, karena rokok menyumbang upah besar
untuk negara.
Baikkah rokok untuk negara berkembang
seperti Indoneisa? Silahkan di pertimbangkan. Salam Sehat!
0 komentar:
Posting Komentar