Selasa, 01 Mei 2012

Snorkeling versi Cerpen

Asiknya, Snorkel di Karang 'Meong'

Tepat jam 11 siang ku mulai perjalanan menuju Karang Meong, Bandulu, Anyer. Ku pacu langkah cepat-cepat demi kesempatan yang indah ini, berminggu-minggu sudah otak ku penat karena setumpuk tugas kuliah dan pekerjaan yang tanpa jeda terus mengejar ku hingga minggu ke empat dalam bulan April ini.

Setelah sampai di perempatan Warnasari Cilegon alamat tempat tinggal ku, disitu menyetop angkutan umum jurusan Anyer. Dalam perjalanan ku isi dengan kebiasaaan lama, membaca. Tetapi setelah 37 menit angkutan yang ditumpangi tiba-tiba bergoyang ke kanan, lantas aku terkejut dengan itu. Setelah di amati, lubang berukuran dua meter dengan kedalaman tidak sampai satu meter telah mengusik konsentrasi membaca ku. Melewati jalan yang tak pantas dilewati ini, dalam hati berkecamuk seperti inikah jalan yang pantas untuk dilalui wisatawan yang ingin melihat dan berenang menikmati indahnya pantai Anyer.

Namun apa daya satu-satunya jalur yang dapat dilalui angkutan umum hanyalah itu. Sebenarnya dapat saja membawa kendaraan pribadi, melewati jalur mancak agar lebih nyaman. Kita pub dapat menyiram mata dengan warna-warna hijau dari hamparan sawah yang terbentang luas serta pohon-pohon berumur 5 tahun di kanan-kiri, jalan begitu rindang untuk dilalui. Jalur itu akan tembus di pasar tepat di lapangan Anyer yang berhadapan dengan Masjid Agung.

Setelah menempuh satu jam perjalanan bersama penumpang dan abang supir angkutan umum berwarna silver, aku mengeluarkan kocek Rp. 5.000. Sampailah aku di depan hotel Jayakarta. Usai turun dari angkutan, aku berjalan menuju basecamp Bandulu Surfing Club (BSC) tepat di tempat itu brother-brother enjoy menikmati angin dan mengamati Ombak.

Oh, ia aku ke tempat bernuansa kafe itu bukan sekedar nongkrong-nongkrong tanpa alasan ataupun bermain pasir membuat istana bersama anak berumur lima tahun, yang kadang terkikis ombak jika menepi. Tujuan ku saat itu menemui teman semasa putih abu, Aldy Suardi.

Sapa, saja ia Bek. Begitu akrab jika kalian memanggilnya seperti itu. Nama ku Ucup kawan-kawan, mirip sunda tapi biarlah toh orangtua ku yang memberi nama itu. Bek menyambut ku sehangat dulu, “Apa kabar, brother? Sibuk aja nih, nggak sempat nyicipin ombak kemarin-kemarin,” katanya sambil menyuruh ku duduk di bangku kayu jati. Beberapa bulan lalu memang ombak sedang asik untuk diajak bermain, entahlah padahal kemarin musim barat. Mungkin alam berbicara lain untuk ini.

Kopi hangat khas bercampur susu, langsung disuguhi Bek di hadapan ku. “Santai dulu lah, lagian di jalan capek kan? Banyak lubang yang nggak ke tutup,” tutur pria berumur 20 tahunan ini. Saat itu juga tanpa Ba Bi Bu, ku seruput kopi itu. Perlahan menikmati harumnya biji kopi yang diolah secara modern bercampur khasnya susu, sangat nikmat kawan. Indonesia memang rajanya kopi. Terasa hangat setelah kopi itu menelusuri bagian rongga mulut ku, sambil terpaan angin memanggil ku untuk segera terjun. Ahh, mungkin ini pertanda angin pantai dan ombak tahu akan keinginan ku hari ini.

Melihat ombak yang saling berkejaran rasanya tak sampai setinggi lima meter sekedar untuk memanasi papan surfing yang sudah lama tak ku goda tubuhnya. Tapi, Bek punya strategi lain untuk ini yakni Snorkeling.

Snorkeling? Dimana?,” tanya ku. “Wah ketinggalan info nih, brother. Tenang aja pokoknya ngikut saya aja,” tutur Bek.

Walaupun ini akan menjadi pengalaman pertama, sepertinya aku mempunyai feel yang pas untuk berenang melihat indahnya karang. Setelah menyeruput kopi hingga setengah gelas dan jam tangan menunjukkan 14.30 WIB, aku bersama Bek mempersiapkan peralatan seperti Mask AmScuD, dan fin.

Cukuplah itu, kami berdua meluncur ke spot snorkel, Karang Meong. "Dulunya pernah ditemuin karang berbentuk kucing di spot ini makanya dinamain karang meong," cerocos Bek pada ku ketika menuju spot sambil menyusuri garis pantai sepanjang 500 meter untuk sampai ditempat itu. Tak sampai 15 menit usai berjalan di tengah tajamnya karang yang bisa merobek permukaan kulit akhirnya tiba di spot.

Berbekal surfboard berukuran kecil kami langsung menceburkan diri. "Kalau udah nyampe spot jangan sampe injek karang ya cup, ntar saya hukum," ujar Bek memperingatkan ku. Itulah pelajaran pertama yang harus ku ingat, karang membutuhkan waktu lama untuk berkembang menjadi indah dan tumbuh sesuai ukurannya bahkan hingga 100 tahun lamanya, untuk tempat seperti 'nemo' bernaung.

Tak lama aku paddle (istilah mendayung saat tubuh berada di surfboard) hampir sampai di spot Bek menyuruh ku untuk memakai Mask AmScuD dengan rapat, dan kembali memperingatkan agar kaki ku jangan sampai turun menginjak karang. Tanpa do re mi, Bek men-training ku sesaat untuk menggunakan peralatan snorkel. Ahh tidak mudah ternyata bernafas menggunakan mulut melalui pipa kecil menjulang ke atas untuk mengambil oksigen (O2). Beberapa latihan singkat, jujur aku merasa gugup dan panik, namun itu tak lama. Mulai lah aku beradaptasi dengan alat penyiksa hidung itu.

Berhasil menguasai Mask AmScuD aku dituntun menuju spot utama, sebenarnya jantung ini masih berdegup kencang dan nafas masih ngos-ngosan layaknya pemanjat tebing yang baru sampai dakian setengahnya.

Tapi, belum sampai spot utama aku memberanikan diri untuk melongok ke bawah air dan ternyata 'Subhanallah' kawan-kawan, takjub saya melihatnya. Karang lebar dengan warna oranye kemerah-merahan menyambut kedatangan saya. Terus saya lanjutkan ke depan, dan semakin tertantang untuk lebih jauh mengitari spot snorkeling. Dan 'Wow' terumbu karang lain turut menyapa ku, berwarna-warni, ungu, merah kepiting, hijau muda, sampai hijau tua. Bercampur menjadi satu di beberapa tempat terpisah dengan ukuran berbeda.

Bertemu Chaetodontidae ikan jenis gepeng yang mempunyai warna hitam, kuning, oranye, dan putih dengan moncong di mulutnya. Ku amati sedang mematuk-matuk ke karang sepertinya ia sedang menikmati santap siangnya, dengan menu plankton, atau alga. Menjumpai ikan lucu dan indah ini sebelumnya hanya pernah ku jumpai di televisi atau video youtube saja. Tapi saat ini aku benar-benar nyata, melihatnya dengan mata secara telanjang mengitari karang.

Pengalaman yang indah, menakjubkan. Menjumpai karang berjenis bunga, bentuk piringan bertumpuk pun ku jumpai hingga karang berwarna-warni berjejer indah sesuai susunan anak tanggu lagu. Begitu indah untuk dilihat dan dinikmati. Spot yang saya datangi tidak lah dalam, tapi dangkal berjarak 4M hingga 1M. Sebabnya kita snorkel disiang hari. Kehati-hatian mulai teruji disini, pesan Bek pun terngiang-ngiang keras di telinga ku.

Karang-karang indah ini berjejer tepat didepan muka ku. Perlu kehati-hatian yang ekstra untuk melihatnya, tapi sangat beruntungnya diri ku dapat melihat pemandangan sedekat ini. Lagi, Subhanallah ciptaan Allah SWT ini.

Beberapa lama aku menyelam, ku naikkan kepala untuk beradaptasi dengan udara menggunakan hidung melepas Mask AmScuD, dan ngobrol dengan Bek. "Kalau aja cuacanya nggak mendung pasti keren cup, nggak kalah lah sama Bunaken," katanya. Sayangnya hoki ku tidak bagus cuaca pun kurang mendukung, aku ber-snorkel sehabis hujan dan awan sedikit mendung akibatnya air laut tidak sejernih di Raja Ampat.

Aku teruskan penelusuran bawah air ini dengan rileks, begitu menikmati pemandangan taman laut Karang Meong ini. "Kalau saja dikelola secara profesional pasti pantai Anyer semakin ramai wisatawan," pikir ku sambil terus mengayuhkan fin.

Satu Setengah jam kami berada disitu. Berhubung cuaca dingin hingga berpengaruh ke air, Bek berinisiatif untuk menepi karena dirinya merasa lapar. Tak lama kami paddle kembali, sambil menyelamkan kepala ke dalam air walaupun tidak jernih tetapi karang yang bukan di spot utama tidak kalah indah dan menarik, uniknya kami diikuti ikan kecil berwarna kuning oranye bergaris hitam ditubuhnya. Ikan itu terus mengikuti hingga beberapa meter dari tepian kemudian kabur kembali ke tengah.

Setelah menyelam kami beristirahat sekitar 10 menit ditepian hingga mengentaskan petualangan kami pada hari itu, menakjubkan dapat melihat taman laut. Menurut ku tak hanya taman bunga di Bogor saja yang indah, taman bawah laut lebih menakjubkan, pemirsa.

Lagi, dan lagi aku mengentaskan tubuh di pinggiran pantai bertatap muka dengan pengunjung pantai yang pada hari itu tampak ramai, walaupun cuaca sedikit mendung. Se-tibanya aku di basecamp langsung, ku lontarkan pujian ke om Ekeng, pendiri BSC. "Keren om, bagus banget. Ajib dah, kapan-kapan saya boleh coba lagi nih," kata ku sambil tertawa kedinginan akibat angin pantai yang lumayan kencang pada hari itu. Dan sederet pujian lain pun tak bisa diucapkan karena ketakjuban saya pada karang itu. “Santai lah, kalau udah bisa sendiri. Pakai aja, peralatannya di basecamp,” kata Om Ekeng.

Membasuh badan menggunakan air biasa membuat badan ini kembali segar dan tak terasa lengket karena air laut. Kami kembali ke basecamp, lalu bertemu dengan Om Ekeng ngobrol ngalor-ngidul, ke sana-kemari. Walaupun seperti itu, kami selipi gelak tawa, lalu berujung pada pembicaraan kami yang serius, yaknipariwisata Anyer.

Ia mengajak ku untuk turut memperbaiki wisata Anyer terutama pantainya, langsung semangat di hati ku membuncah begitu diajaknya. Dipikiran Lelaki berwajah 30 tahunan ini, terdapat beberapa rencana yang begitu indah dan menarik.

Ia ingin mengelola organisasi pimpinannya menjadi wadah usaha di bidang jasa yang menawarkan guide secara profesional. Long boat, Rumpon (tempat mancing ditengah pantai) pun menjadi keinginan nya untuk investasi ke depan, guna BSC. Walaupun saat ini paket wisata karakatau, pulau sanghiang, snorkeling dipromosikan secara sederhana, tetapi tetap dikelolanya dengan profesional. Alhasil banyak wisatawan yang menggunakan jasa paket wisatanya itu.

Jika saja pemerintah benar-benar peduli dengan sumber daya alam yang ada. Dan tinggal mengembangkannya secara profesional saja. Anyer, Kabupaten Serang, Banten, Indonesia akan menjadi destinasi pariwisata terbaik di dunia dan akan menyedot puluhan juta bahkan milyaran wisatawan baik nasional maupun internasional.

Semangat untuk memajukan bangsa, wisata Indonesia dan menjaga aset alam terbaik titipan Allah yang diberikan. Semangat itu tetap ada di dalam Diriku.


0 komentar:

Posting Komentar