Senin,
itu tepatnya di 27 Februari saya renang di krakatau country club
(KCC). Awalnya tak ada yang spesial hari itu, ini kebiasaan baru ku,
berenang walaupun tidak rutin setiap minggu karena pekerjaan. Seperti
biasa sebelum renang saya mulai dengan pemanasan, tubuh mulai saya
gerakkan untuk melemaskan otot-otot yang akan saya ajak untuk
meluncur di air hari ini. Beberapa menit setelah itu saya menceburkan
diri, beberapa menit saya renang kemudian berhenti. Renang kembali
berhenti lagi, hingga saya tertarik pada gaya laki-laki di pinggir
kolam yang sedang mengarahkan anak laki-laki yang jika ditebak
berumur 16 tahun. Saya perhatikan lama-lama dia tidak berbicara,
pikir saya dia menginstruksikan muridnya supaya tidak berisik.
Kemudian
saya cuek dan kembali renang, beberapa menit setelah bolak-balik dari
satu sudut ke sudut lain mata saya kembali pada perhatian lelaki
berumur 20 tahunan itu. Saya beranikan diri untuk menyapanya, "Hai
mas, mas" Dia tidak menyahut, saya coba panggil lagi, "Mas
pengajar renang disini ya?" Saya heran karena dirinya hanya
mengangguk-angguk saja. Lalu saya berbicara kembali, "Mas tau
info spanduk yang ada disana," Sambil menunjuk spanduk informasi
tentang diving dan snorkeling. Dia kembali menjawab dengan isyarat
tubuhnya yang sudah terlatih itu, dia menggeleng dan menaruh
tangannya di telinga sambil mendadahkan tangannya pada saya.
Ahh,
saya mengerti sekarang. Ternyata dia tidak bisa berbicara, tapi ada
satu benak keinginan saya untuk belajar renang darinya. Karena dia
telah memberikan instruksi kepada muridnya itu, saya coba untuk
berkomunikasi lewat bahasa tubuh yang saya punya untuk orang itu.
Saya coba menggerakkan tubuh dengan simbol gerakan tangan sambil
mengayuh ke depan dengan mulut yang pelan-pelan berbicara "Bisa
ajarin saya berenang,", hebatnya dia langsung paham apa yang
saya maksud.
Dia
coba mengajarkan saya dengan gerakan tubuhnya, dia julurkan tangannya
ke depan lalu telapak tangan itu menghadap keluar dengan arah
berlawanan lalu ditariknya tangan itu kebelakag sambil melebar
kesamping, sampai pinggang tangan itu ditarik kembali dengan
membalikkan telapak tangan keatas sambil diarahkan ke depan kemudian
kembali ke posisi awal. Amazing! Dia melakukan gerakan itu tanpa
berbicara.
Selanjutnya
saya menirukan gerakan itu, ternyata tidak mudah untuk menirukan
gerakan awal itu. Kembalinya dari air setelah menirukan gerakan dari
orang itu, kembali dia mengajarkan teknik bernafas untuk perenang.
Dia keluarkan nafas sekencang-kencangnya dari hidung sampai
terdengar, disaat yang bersamaan dia dongakkan kepalanya sambil
mengeluarkan hembusan dari mulutnya dan menarik nafas dari mulut itu.
Lalu kembali saya menirukannya, sangat sulit untuk menyeimbangkan
teknik bernafas seperti itu.
Tapi
dia tak kehabisan akal untuk mengajari murid barunya ini, dia turun
ke air dan menaik-turunkan badannya kedalam air lalu muncul
kepermukaan dengan teknik nafas yang telah dia berikan tadi. Kembali
saya bersemangat untuk menirukan gerakan itu dengan teknik nafas yang
sama.
Lama
berkutat dengan pembelajaran seperti itu, saya putuskan untuk naik ke
permukaan dan mengobrol dengan dia, tidak mudah mengkomunikasikan apa
yang dimaksud. Lama kelamaan saya tidak mengerti apa yang dia maksud,
tak kehabisan akal. Ide muncul di pikiran saya, ku berlari ke tas dan
ku ambil note dengan pulpen. Akhirnya kita ngobrol lewat tulisan,
lama tulis menulis dan mengobrol diam ku tahu namanya. Hasan.
Kita
mengobrol lama hampir setengah jam, berkutat di sebuah note milikku.
Dan aku pun diberitahu dimana rumahnya, tempat ia mengjara di SLB
Citangkil, dan impiannya menang dalam lomba lari di Palembang bulan
April kalau tidak salah ingat dalam olahraga orang cacat seperti itu.
Oh, ia murid yang diajarkannya tadi ternyata seorang bisu juga dan
tidak bisa mendengar, ia berlatih kabarnya karena ingin ikut lomba di
kejuaraan tingkat kota cilegon.
Tidak
lama saya mengobrol karena ingin mempraktikan apa yang dia ajarkan,
dan kabar baiknya ia menerima permintaan saya untuk mengajarkan
renang secara lancar. Sungguh seperti mimpi, tidak pernah
terbayangkan guru ku seorang bisu.
Setelah
pulang dari KCC dan berpamitan pada Hasan, saya merenung orang yang
kekurangan seperti Hasan saja dapat mengikuti lomba di tingkat
provinsi. Lari pula, kenapa kita tidak bisa? Malu lah pada jiwa-raga
yang masih sehat walafiat ini. Ayo, cetak prestasimu kawan sampai
Tuhan memberhentikan kita untuk berprestasi.
Cilegon,
5 Maret 2012.
0 komentar:
Posting Komentar