Selasa, 25 November 2014

Tan Malaka Dalam Biografi



“Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas” 

Ibrahim adalah nama asli dari Datuk Tan Malaka, gelar yang diberikannya setelah kelulusan pada tahun 1913 lewat suatu upacara tradisional. Anak dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Sinabur ini merupakan tamatan Kweekschool Bukit Tinggi (sekolah guru negara) dan melanjutkan sekolahnya di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah), Belanda.
Pemikiran Tan Malaka tentang revolusi, merdeka 100%, konsep MADILOG (Materialis, dialektika, dan logika) berawal dari bangku kuliah di Belanda. Keterkejutan budaya pernah dialami Tan Malaka. Semasa itu, pengetahuannya tentang revolusi mulai meningkat setelah membaca de Fransche Revolutie yang diberikan Horensma guru di Kweekschool sebelum keberangkatannya ke Belanda. Setelah revolusi Rusia meletus pada Oktober 1917, seorang Tan makin tertarik pada komunisme dan sosialime. Ia membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin. Salah satu yang menjadi panutannya adalah Friedrich Nietzsche.
Lelaki kelahiran Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat ini kembali ke Hindia Belanda (Sebutan Indonesia pada masa itu) untuk menerima tawaran dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Pada Desember 1919 ia mulai mengajarkan anak-anak kuli perkebunan bahasa Melayu pada Januari 1920. Selain itu, ia pun menulis propaganda yang dikenal dengan Deli Spoor yang berisi tentang kemerosotan dan keterbelakangan hidup kaum pribumi di Sumatera.
Madilog dan Gerpolek adalah karya penting dari Tan Malaka. Madilog mengenalkan istilah baru dalam cara berpikir, yakni dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Gerpolek (Gerilya-politik dan ekonomi) adalah simpul dari karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, negara, politik, ekonomi, sosial, budaya sampai militer. Buku terbita 1948 ini memunculkan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian yang merupakan sikap konsisten yang jelas pada gagasan-gagasan dalam perjuangannya.
Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia pada masa itu. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara, serta kebudayaan dan sejarah yang diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalah itu. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.
Gagasan Tan Malaka perlu disadur oleh kita sebagai anak bangsa yang menginginkan Indonesia Merdeka 100%. Menurutnya, hanya pendidikan rakyat yang jelas yang merupakan cara terbaik membebaskan rakyat dari kebodohan dan keterbelakangan untuk membebaskan diri dari kolonialisme. Gagasa itu tidak hanya menjadi penggerak rakyat Indonesia, tetapi juga membuka mata rakyat Philipina dan semenanjung Malaya bahkan dunia.
Tan Malaka terbunuh di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 19 Februari 1949. Sebagian besar hidupnya dalam pengusiran dan pembuangan di luar Indonesia. Namun, berbagai penting tak bias kita lupakan dari sosok revolusioner ini. Kepemimpinannya teruji dalam berbagai organisasi dan partai. Sempat mendirikan partai PARI pada tahun 1927 dan Partai Murba pada tahun 1948, hingga mendirikan sekolah serta mengajar di China pada tahun 1936 dan sekolah tinggi Singapura. Ada hal yang sangat penting dalam kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,dimana peranan Tan Malaka dalam mendorong para pemuda yang bekerja di bawah tanah masa pendudukan Jepang agar mencetuskan "Revolusi" yang tepatnya pada tanggal 17 Agustus.
Lewat Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963, Pemerintah Indonesia menyatakan Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan nasional yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963.

0 komentar:

Posting Komentar