Buku Engineers of Happy
Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah koloni yang ditulis
oleh Rudolf Mrazek merupakan buku sejarah yang menggunakan pendekatan berbeda
dari sejarawan biasanya. Jika Voltaire pernah berkata bahwa fakta-fakta sejarah
yang bersifat mikro dan yang tidak membawa kepada suatu tujuan, merupakan beban
rintangan belaka bagi sejarah bagaimana barang akut merupakan beban bagi
tentara. Namun, pandangan kini berubah fakta-fakta kecil yang dipandang dari
sudut pandang sejarah yang luas bukanlah hal yang palsu dan kabur justru
sejarah kecil ini lebih dekat dengan kehidupan. Jarak yang tipis itulah membuat
sejarah mudah untuk dipahami dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia
keseharian. Micro history menjadi catatan yang penting dalam sejarah.
Bahkan hal yang nampak remeh bisa menjadi catatan sejarah yang sangat berarti.
Dari catatan yang kecil-kecil seperti yang ditulis Rudolf Mrazek ternyata mampu
membentuk nasionalisme, dan mempengaruhi perubahan sosial.
Rudolf
Mrazek berhasil mengungkapkan kejernihan analisis tentang kebebasan
kolonialisme, nasionalisme, kesusastraan, revolusi dan kemanusiaan. Berbagai
gambaran perkembangan transportasi (dari sepatu, pembangunan jalan, hingga
adanya sepeda motor), arsitektur (dari bangunan penjara hingga hunian ber-AC),
teknologi optik (dari fotografi hingga deteksi sidik jari), gaya hidup modern
(baju dan pakaian), serta munculnya radio dan stasiunnya dideskripsikan secara
analistis.
Dalam
bukunya ini, Mrazek menganalisa peranan kolonial Belanda dalam membentuk
'bangsa' yang kini Indonesia. Bahwa, betapa modernitas dibawa masuk oleh
Belanda ke Hindia ini. Mereka sepertinya beranggapan bahwa Nusantara ini
sungguh seperti sehelai kertas yang masih bersih, sepetak kotak pasir yang bisa
dibentuk dan dibangun sesuai kebutuhan untuk mengakomodasi koloni-koloni Eropa.
Mereka
berusaha membangun replika rumah dan tanah air mereka di tanah koloni Hindia.
Mereka membawa kemajuan teknologi dan penemuan termutakhir Eropa demi
kenyamanan warga koloni mereka di tanah yang masih buas, liar, terbelakang,
namun eksotis mempesona ini. Tetapi, kolonial Belanda rupanya tidak sadar--yang
kemungkinan besar orang Indonesia sendiri juga tidak menyadarinya--bahwa
penduduk pribumi Nusantara ini bukanlah idiot seperti yang disangkakan.
Akhirnya memang dalam membangun bangsa, yang paling penting bukanlah sains dan teknologi, tetapi sebuah jiwa yang merdeka dan penuh martabat. Teknologi tentu tak bisa langsung merekayasa jiwa manusia, tetapi ia bisa membantu jiwa yang merdeka itu: menjadi ekstensi dari indra, otot dan ingatan. Tanpa jiwa yang merdeka, teknologi hanya menelurkan banyak hal yang menggelikan, juga menyedihkan, cerminan pikiran dan sukma pemakainya. Rasa tak aman sekaligus tak nyaman sebagian besar orang Eropa di Hindia Belanda membuahkan banyak arsitektur, tatabusana atau jaringan lampu penembak cahaya yang terlihat ganjil.
Akhirnya memang dalam membangun bangsa, yang paling penting bukanlah sains dan teknologi, tetapi sebuah jiwa yang merdeka dan penuh martabat. Teknologi tentu tak bisa langsung merekayasa jiwa manusia, tetapi ia bisa membantu jiwa yang merdeka itu: menjadi ekstensi dari indra, otot dan ingatan. Tanpa jiwa yang merdeka, teknologi hanya menelurkan banyak hal yang menggelikan, juga menyedihkan, cerminan pikiran dan sukma pemakainya. Rasa tak aman sekaligus tak nyaman sebagian besar orang Eropa di Hindia Belanda membuahkan banyak arsitektur, tatabusana atau jaringan lampu penembak cahaya yang terlihat ganjil.
Secara singkat penulis
simpulkan bahwa tulisan Mrazek ini ingin menunjukan adanya penanda modernisasi
dalam masyarakat Hindia Belanda. Kata-kata teknologi yang digunakan lebih
mengacu pada sekumpulan budaya, identitas dan bangsa. Orang-orang di Hindia
Belanda, baik orang Indonesia maupun orang Belanda yang ada di Indonesia merasa
canggung dengan teknologi-teknologi baru. Pada akhirnya keberadaan teknologi baru ini akan mebuat
semangat baru bagi masyarakat Indonesia. Gagasan dan gerakan nasionalisme
muncul kepermukaan dalam bentuknya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar