Masa
remaja adalah masa yang berapi-api. Itulah salah satu ungkapan Rhoma
Irama dalam lagunya. Remaja memang masa yang penuh keceriaan dan
kebahagiaan, terdapat banyak hal yang bisa dilakukan oleh remaja
untuk berkarya dan mencetak prestasi. Seperti bermusik, berkarir di
dunia sepak bola, mengikuti ajang pemilihan atau kontes bergengsi,
sampai berpetualang mengikuti jejak sang ayah.
Remaja
mempunyai semangat dan energi yang lebih karenanya remaja
disebut-sebut sebagai generasi bangsa. Akan tetapi dibalik energi
yang lebih ternyata mereka mempunyai dorongan seks yang cukup tinggi,
hal ini dialami ketika remaja beralih ke masa pubertas yang mengalami
perubahan fisik.
Terkadang
pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya hal tabu di
masyarakat, serta pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Di
Indonesia memang masih menjadi bahan perdebatan tentang adanya
pemberian pendidikan seks yang lebih dikenal sex education. Tentunya
kita tidak menginginkan hal-hal yang negatif terjadi pada keluarga
kita. Alangkah baiknya jika kita mempelajari sex education secara
positif.
Sex
education sebaiknya diberikan kepada remaja pubertas melalui
lingkungan keluarga, sebab keluarga merupakan unit ketahanan terkecil
di masyarakat. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks
maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Karena berkaitan dengan cara merawat kebersihan dan kesehatan organ
reproduksi, dilihat dari dimensi psikologis seksualitas berkaitan
dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan
bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual, sementara
dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam
relasi antarmanusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam
pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks,
dan dilihat dari dimensi kultural menunjukkan bahwa perilaku seks itu
merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
M.
Sofyan Sauri, S.Sos selaku senior koordinator Centra Mitra Remaja
(CMR) yang merupakan salah satu unit kegiatan dari Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), seperti dikutip dari
http://ninahamzah.wordpress.com terdapat dua faktor mengapa sex
education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama, di mana
anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex
education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan seks
adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para
remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan
anatomi reproduksinya.
Faktor
kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi
reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal lain
ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang
menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD,
majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah
mengarah kepada hal yang seperti itu.
Dampak
yang ditimbulkan karena kurangnya sex education terhadap remaja
adalah perilaku menyimpang. Seperti, maraknya hubungan seks di luar
nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, kasus pemerkosaan anak
dibawah umur sampai ketingkat yang paling berbahaya yaitu penularan
virus HIV/AIDS.
Oleh
karena itu, sex education sebaiknya diberikan kepada remaja pubertas
agar dapat menjaga organ reproduksi pada tubuh mereka dan tidak
menimbulkan perilaku menyimpang di kemudian hari.