Sabtu, 14 Juli 2012

Anak Perempuan dalam Panggung Bus Cilegon-Serang


Mengamen
*Perjalanan Menuju Kampus

Makin aneh saja pengamen sekarang, Rabu (11/7) di terminal PCI Cilegon perjalanan menuju Serang, ku lihat ada dua anak perempuan yang mengamen di bus Prima Jasa. Pada awalnya satu anak hanya duduk-duduk saja, ku pikir itu memang anak dari penumpang yang menuju ke Serang. Ku biarkan saja, bahkan acuh.
Tapi, setelah bus berjalan dari ng-temnya di terminal bayang-an PCI menuju gerbang tol Cilegon timur. Mereka berdua berjalan ke tengah, menenteng sebuah gitar cilik yang bahkan tak melebih tinggi badannya. Dua bocah itu saling melemparkan aba-aba, dan satu-dua-tiga. Yak, mereka mulai bernyanyi.
Kembali Berdendang
Dengan suara yang pas-pasan dan hampir terkalahkan oleh deru mesin bus, mereka tetap gonjrang-gonjreng memainkan gitar, sambil mulutnya bernyanyi. Entah lagu apa yang mereka nyanyikan saat itu, lagunya pun tak terlalu populer di telinga ku.
Sungguh ironis, memang. Baru ku lihat ada dua anak perempuan mengamen di bus. Biasanya se-usia mereka, hanya berani mengamen di pinggir jalan. Itu pun ditemani teman lelakinya. Dan berpakaian lusuh dan terlihat seperti tidak mandi seharian.

Tapi kali ini berbeda, mereka berpenampilan rapih. Bahkan tidak tergolong kotor maupun dekil. Mereka bersepatu, perpaduan busananya pun terlihat seperti seorang anak SD yang sederhana dan hendak berlatih upacara bendera. Alat musiknya pun tidak tergolong kuno, kecrekan yang terbuat dari kayu dan ditempeli tutup botol kaleng yang dipaku agar tidak terlepas.
Berpikir kembali, se-usia mereka kenapa tidak bermain? Alasannya pasti karena keterbatasan ekonomi. Jika ada yang lain, menurut ku itu tak mungkin. Apakah mereka hobi mengamen? Sehingga bermain-main di dalam bus, bersenang-senang, cekikikan, dan tertawa riang sambil menenteng gitar cilik. Atau karena bosan berdiam diri di rumah terus, sehingga butuh penyegaran di luar rumah yang tempatnya itu bus umum. Ahh, rasanya tidak mungkin karena itu semua.
Dua anak perempuan itu, memang menarik perhatian ku. Tak seperti anak lelaki yang sering ku lihat mengamen di bus juga. Rata-rata dari mereka membawa gitar kecil, kecrekan, botol yakult yang di isi beras atau pasir (jenis alat ngamen ini tak populer namanya), hingga gendang pipa putih yang atasnya dilapisi karet ban. Bocah lelaki biasanya memang sering terlihat mengamen di seputaran Cilegon-Serang.
Saking, tertariknya. Akhirnya ku potret mereka dan ku jadikan catatan seperti ini. Aku kembali berpikir, apakah mereka tak dimarahi ibunya. Atau bahkan ibunya yang menyuruh, aku tak tahu. Dan aku tak ingin men-judge mereka. Rasanya sangat bersalah jika aku men-judge, sementara aku tak tahu apa-apa tentang biografi dan kehidupan keluarga mereka.
Harapan ku, semoga mereka tak putus sekolah, tak padam semangatnya dalam bermusik (bukan ngamen), dan menjadi artist di panggung Internasional nanti. Banyak peluang. Terlebih, banyak jalan menuju Roma.  

0 komentar:

Posting Komentar