Senin, 05 Maret 2012

Mempertanyakan Kelautan di Banten ?

Pengelolaan wisata, Kelautan dan perikanan Banten belum maksimal
Tidak dapat kita pungkiri bahwa wilayah laut Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai 75,3% dari total wilayah NKRI sendiri. Lautan indonesia mempunyai keanekaragam hayati maupun nir-hayati. Potensi yang ada meliputi sumberdaya perikanan, minyak bumi dan gas, jasa lingkungan (pariwisata bahari) dan transportasi laut. Jika semua potensi tersebut di manfaatkan secara maksimal, akan mungkin Indonesia dapat menghasilkan produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada masa mendatang.
Dulunya Indonesia ini adalah negara terbesar dengan kekuatan laut yang sudah mendunia, bukti itu di tunjukkan dengan kapal dagang yang selalu singgah melalui laut kita tepatnya pada zaman kerajaan majapahit dan sriwijaya. Kedua kerajaan ini memiliki kejayaan yang berbasis pada ketahanan ekonomi nasional melalui sentra pelabuhan dan jalur perdagangan laut yang berimplikasi pada pengembangan potensi pangan secara mandiri untuk kesejahteraan rakyat. Jika di bandingkan pada saat sekarang negara kita lebih condong pada pemanfaatan lahan di darat yang kebanyakan di gunakan untuk kepentingan industri.
Visi membangun ekonomi indonesia berbasis kelautan untuk mengembalikan kejayaan pada masa lampau menjadi filosofi berdirinya departemen kelautan dan perikanan pada tahun 1999 di bawah mandat Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur). Dalam perkembangannya selama 11 tahun, kementrian kelautan dan perikanan menjadi cikal bakal motor penggerak ekonomi Indonesia dalam sebuah gerakan “Revolusi Biru” yakni merubah pola pikir pembangunan berbasis daratan menuju pada basis kelautan.
Gerakan Revolusi biru ini telah mengeluarkan kebijakan bersama yang menjadi dasar gerakan perubahan yakni memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi, mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan, meningkatkan produktifitas dan daya saing berbasis pengetahuan dan meperluas akses pasar baik domestik maupun internasional. Dasar ini yang menjadi visi dan misi Kementrian Kelautan dan Perikanan periode 2010 – 2014 di bawah nahkoda Dr. Fadel Muhammad melalui visinya “menjadi Negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar dunia pada tahun 2015” dengan misi “mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan”
Merubah cara berpikir masyarakat indonesia secara luas tentu akan menjadi persoalan besar yang membutuhkan kerja keras dan sinergi dari masing-masing daerah khususnya kontribusi pemerintah daerah ke pemerintah pusat. Dalam hal ini provinsi Banten memiliki potensi besar dalam kelautan dan perikanan karena wilayah di bagian utara terdapat pantai dan laut yang begitu luas.
Jika kita melihat sejarah kapal dagang Belanda pertama kali datang dengan menginjakkan kakinya di pelabuhan Banten, dengan iming-iming yang manis Belanda berhasil merebut hati masyarakat Banten yang berujung pada penjajahan rempah-rempah, wilayah sekaligus produk laut dan perikanan. Dari peristiwa itu sudah jelas Banten memiliki potensi yang besar menjadi pelabuhan Internasional sekaligus penghasil produk kelautan dan perikanan.
Begitu banyak potensi laut yang berada di wilayah paling ujung pulau jawa ini terletak diantara jawa barat dan pulau sumatera. Jika kita menilik sekilas Banten memiliki daerah wisata bahari yang hampir menyamai pulau bali bahkan di sebut-sebut sebagai pulau bali kedua, pantai anyer dengan pemandangan langsung ke pulau krakatau yang indah jika menjelang sore hari sekaligus menikmati sunset sambil bersantai di pinggiran pantai atau hotel dan cottage yang berderet sepanjang pantai. Selain itu pulau umang dan tanjung lesung yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Lalu kunjungan ke taman nasional ujung kulon yang terdapat di kabupaten Pandeglang yang merupakan salah satu wilayah konservasi alam dunia yang dicanangkan oleh badan dunia UNESCO, terdapat hutan yang masih alami dan pengunjung dapat menjumpai badak bercula satu yang hampir punah. Di tengah-tengah selat sunda terdapat gunung krakatau yang mudah di akses melalui speedboat dari pantai anyer dan carita, gunung ini terkenal karena letusannya ke seluruh dunia hingga terdengar di Australia dan Kolombo. Awan panas terusnya keluar selama seminggu setelah letusan dan mencapai wilayah Eropa, pesonanya hingga kini terus di kagumi oleh para wisatawan di seluruh dunia.
Banten harus di manfaatkan secara maksimal, sungguh di sayangkan apabila pemerintah dan masyarakat nya tergantung pada keadaan alam saja. Sikap pemerintah belum maksimal dalam meningkatkan potensi wisata khususnya di daerah anyer , belum ada infrastruktur yang memadai di daerah tersebut. Perkembangan nelayan sendiri belum ada upaya khusus untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat di sekitar anyer, di tambah masyarakatnya yang hanya mengandalkan peralatan seadanya. Hal ini perlu di perhatikan secara serius mengingat saat ini perkembangan teknologi kelautan dan perikanan sudah berkembang maju. Lulusan universitas maupun sekolah tinggi yang berkonsentrasi pada kelautan dan perikanan sudah banyak di cetak, apakah hal ini menjadi hambatan bagi pemerintah daerah apabila mempersalahkan SDM yang kurang mampu di Banten.
Hal ini menjadi catatan penting bagi kebijakan pemerintah daerah dan mayarakat Banten sendiri agar lebih peduli pada potensi yang di miliki. Hubungan antar mahasiwa, perusahaan industri, dan PemDa harus sejalan dan sepakat karena saat ini laut Banten penuh dengan limbah kotor yang menyebabkan populasi ikan turun secara drastis akibat habitatnya tercemar oleh bahan kimia yang berbahaya. Perlu adanya kebijakan tegas untuk mengelola limbah yang di hasilkan oleh industri yang sudah terlanjur berdiri di dekat laut dan limbah pun di buang melalui laut. Apabila pemerintah tak mampu menjalankan program ini, civitas akademika Banten mempunyai SDM yang mampu untuk menangani hal ini.
Budidaya ikan lele, nila, mujair, bandeng dan lainnya sudah mulai bermunculan. Cara berpikir masyarakat saat ini sudah lebih luas karena jiwa wirausaha sudah banyak tumbuh di masyarakat Banten. Selain itu perlu di bangun suatu lembaga pendidikan yang condong pada belajar-mengajar, yang memprioritaskan bagi anak pelaku utama perikanan (nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan) dalam hal ini berprestasi dan sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu seperti Lembaga pendidikan yang sudah beridiri di Pariaman yaitu SUPM Negeri Pariaman.
Sudah saatnya Banten lebih berkontribusi dalam gerakan Revolusi Biru yang dicanangkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, perubahan harus terjadi. Jika gerakan dilaksanakan secara serentak di pelosok nusantara tentu produksi kelautan dan perikanan dalam skala nasional akan meningkat. Sehingga cita-cita “menjadi negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar dunia bukanlah sebuah angan-angan belaka melainkan menjadi cita-cita luhur masyarakat Indonesia yang patut di perjuangkan bersama karena ini merupakan amanat konstitusi yakni setiap daerah berhak atas pemerataan pembangunan yang sama guna “mensejahterakan masyarakatnya” khusus bagi masyarakat kelautan dan perikanan yang mayoritas tinggal di 75,3% wilayah NKRI.


*sebagian di kutip dari artikel Nuridin, S.Pi yang berjudul “Memberdayakan anak nelayan dan mengembangkan ekonomi daerah terpencil melalui lembaga pendidikan kelautan dan perikanan”.


0 komentar:

Posting Komentar