Senin, 05 Maret 2012

Guru Ku, Seorang Bisu

Senin, itu tepatnya di 27 Februari saya renang di krakatau country club (KCC). Awalnya tak ada yang spesial hari itu, ini kebiasaan baru ku, berenang walaupun tidak rutin setiap minggu karena pekerjaan. Seperti biasa sebelum renang saya mulai dengan pemanasan, tubuh mulai saya gerakkan untuk melemaskan otot-otot yang akan saya ajak untuk meluncur di air hari ini. Beberapa menit setelah itu saya menceburkan diri, beberapa menit saya renang kemudian berhenti. Renang kembali berhenti lagi, hingga saya tertarik pada gaya laki-laki di pinggir kolam yang sedang mengarahkan anak laki-laki yang jika ditebak berumur 16 tahun. Saya perhatikan lama-lama dia tidak berbicara, pikir saya dia menginstruksikan muridnya supaya tidak berisik.
Kemudian saya cuek dan kembali renang, beberapa menit setelah bolak-balik dari satu sudut ke sudut lain mata saya kembali pada perhatian lelaki berumur 20 tahunan itu. Saya beranikan diri untuk menyapanya, "Hai mas, mas" Dia tidak menyahut, saya coba panggil lagi, "Mas pengajar renang disini ya?" Saya heran karena dirinya hanya mengangguk-angguk saja. Lalu saya berbicara kembali, "Mas tau info spanduk yang ada disana," Sambil menunjuk spanduk informasi tentang diving dan snorkeling. Dia kembali menjawab dengan isyarat tubuhnya yang sudah terlatih itu, dia menggeleng dan menaruh tangannya di telinga sambil mendadahkan tangannya pada saya.
Ahh, saya mengerti sekarang. Ternyata dia tidak bisa berbicara, tapi ada satu benak keinginan saya untuk belajar renang darinya. Karena dia telah memberikan instruksi kepada muridnya itu, saya coba untuk berkomunikasi lewat bahasa tubuh yang saya punya untuk orang itu. Saya coba menggerakkan tubuh dengan simbol gerakan tangan sambil mengayuh ke depan dengan mulut yang pelan-pelan berbicara "Bisa ajarin saya berenang,", hebatnya dia langsung paham apa yang saya maksud.
Dia coba mengajarkan saya dengan gerakan tubuhnya, dia julurkan tangannya ke depan lalu telapak tangan itu menghadap keluar dengan arah berlawanan lalu ditariknya tangan itu kebelakag sambil melebar kesamping, sampai pinggang tangan itu ditarik kembali dengan membalikkan telapak tangan keatas sambil diarahkan ke depan kemudian kembali ke posisi awal. Amazing! Dia melakukan gerakan itu tanpa berbicara.
Selanjutnya saya menirukan gerakan itu, ternyata tidak mudah untuk menirukan gerakan awal itu. Kembalinya dari air setelah menirukan gerakan dari orang itu, kembali dia mengajarkan teknik bernafas untuk perenang. Dia keluarkan nafas sekencang-kencangnya dari hidung sampai terdengar, disaat yang bersamaan dia dongakkan kepalanya sambil mengeluarkan hembusan dari mulutnya dan menarik nafas dari mulut itu. Lalu kembali saya menirukannya, sangat sulit untuk menyeimbangkan teknik bernafas seperti itu.
Tapi dia tak kehabisan akal untuk mengajari murid barunya ini, dia turun ke air dan menaik-turunkan badannya kedalam air lalu muncul kepermukaan dengan teknik nafas yang telah dia berikan tadi. Kembali saya bersemangat untuk menirukan gerakan itu dengan teknik nafas yang sama.
Lama berkutat dengan pembelajaran seperti itu, saya putuskan untuk naik ke permukaan dan mengobrol dengan dia, tidak mudah mengkomunikasikan apa yang dimaksud. Lama kelamaan saya tidak mengerti apa yang dia maksud, tak kehabisan akal. Ide muncul di pikiran saya, ku berlari ke tas dan ku ambil note dengan pulpen. Akhirnya kita ngobrol lewat tulisan, lama tulis menulis dan mengobrol diam ku tahu namanya. Hasan.
Kita mengobrol lama hampir setengah jam, berkutat di sebuah note milikku. Dan aku pun diberitahu dimana rumahnya, tempat ia mengjara di SLB Citangkil, dan impiannya menang dalam lomba lari di Palembang bulan April kalau tidak salah ingat dalam olahraga orang cacat seperti itu. Oh, ia murid yang diajarkannya tadi ternyata seorang bisu juga dan tidak bisa mendengar, ia berlatih kabarnya karena ingin ikut lomba di kejuaraan tingkat kota cilegon.
Tidak lama saya mengobrol karena ingin mempraktikan apa yang dia ajarkan, dan kabar baiknya ia menerima permintaan saya untuk mengajarkan renang secara lancar. Sungguh seperti mimpi, tidak pernah terbayangkan guru ku seorang bisu.
Setelah pulang dari KCC dan berpamitan pada Hasan, saya merenung orang yang kekurangan seperti Hasan saja dapat mengikuti lomba di tingkat provinsi. Lari pula, kenapa kita tidak bisa? Malu lah pada jiwa-raga yang masih sehat walafiat ini. Ayo, cetak prestasimu kawan sampai Tuhan memberhentikan kita untuk berprestasi.


Cilegon, 5 Maret 2012.


0 komentar:

Posting Komentar